Renungan (2)

unnamed

Pagi ini langit cerah, dingin yang terbawa angin pagi kutepis dengan baju tebal, syal dan kaus kaki hehehe…. ternyata benar bahwa aku sudah tua, tubuhku sudah sangat peka dengan hawa di sekelilingku. Kuseruput kopi pagiku dengan nikmat, sepotong roti dan beberapa iris mangga. Alhamdulillah kusyukuri anugerah Allah pagi ini karena aku masih tegak berjalan menuju kamar mandi, wudhu dan memenuhi panggilannya tepat setelah muazin menyelesaikan azan subuh. Kusyukuri karena aku masih tegak berjalan ke jendela menyibak gordin dan mengucap selamat datang pagi, selamat datang hari baru, semangat baru, harapan baru untuk menjadi manusia baru.

Kusyukuri aku masih bisa membangunkan orang-orang yang kukasihi, maka nikmat Allah yang mana lagi yang kita dustakan? Acapkali Allah menguji kita bukan karena kesalahan yang kita lakukan tapi Allah menguji kita karena DIA telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik lagi buat kita. Seperti pelangi sehabis hujan, surprise yang disiapkan Allah kadang kala tidak mampu kita cerna dengan akal sehat, kejutan-kejutan luar biasa yang sanggup membuat kita tersenyum sepanjang hari.

bunga 2

Tapi hidup mengajarkan kita bahwa tak ada kegembiraan yang abadi, seperti juga tak ada kesedihan yang bertahan lama. Karenanya kita diajarkan untuk tidak terlalu mengumbar segala sesuatu dengan berlebihan, jika mendapat sesuatu yang menyenangkan tidak perlu eforia yang berlebihan hingga lupa diri, dan jikapun bersedih karena sesuatu janganlah merasa seolah dunia akan kiamat dan merasa seperti orang yang paling malang sedunia. Berdirilah dengan kepala tegak namun dengan hati yang tunduk akan kebesaran Allah, serahkan segenap urusanmu kepada Allah, karena DIA lah tempat bersandar dan penitipan segala urusan yang paling baik dan aman.

Jika kita bisa menerima kebahagiaan dengan kebanggaan lalu mengapa kita menerima ujian yang menyakitkan harus stress? Bukankah itu tidak adil? Tidak adil kepada diri sendiri dan tidak adil juga kepada semesta. Kita paham bahwa sedih dan bahagia adalah hal yang lumrah di dunia ini, sehingga selayaknya kita menyiapkan hati untuk menghadapi semuanya dengan lapang. Manusiawi jika kita merasa sedih, kecewa, sedikit frustasi, sedikit pening jika ada masalah yang datang bertubi-tubi. Tapi itu jangan membuat kita kehilangan akal sehat, paranoid, bahkan lebih parah punya keinginan untuk mati, astagfirullah… sungguh Allah sangat membenci orang-orang yang melampaui batas.

Sejatinya saat kita menerima kebahagiaan kita menikmati dan mensyukuri nikmat itu dengan ungkapan syukur kepada Allah, memperbanyak infak dan sadakoh, lebih sering berbagi dengan orang lain dsb, sebaliknya jika kita diuji dengan masalah yang rumit, jangan pula sungkan untuk mengemis, merintih dan minta bantuan kepada Allah, karena hanya pada Allah kita mengemis dan merengek tanpa di permalukan, Allah tidak pernah menolak kedatangan kita, tidak pernah mencibir sekalipun kita lebih banyak mengabaikannya, bahkan Allah juga teramat rindu untuk mendengar kita merintih dan memanggilnya saat kesulitan. Jika Allah sanggup mengatur pergerakan dunia dan segenap isinya, mustahil sulit baginya memberi solusi dari masalah yang kita alami. Jika Allah mampu menciptakan milyaran manusia di muka bumi, berapa sulit baginya menghilangkan satu masalah yang menimpa salah satu hambaNya?

bunga cinta

Persoalan yang sesungguhnya kita alami adalah kita yang menafikan pertolongan Allah, kita yang sering sangsi, karena terlalu mengandalkan kemampuan diri sendiri. Apa sih yang kita andalkan? Jangankan semua harta yang kita klaim milik kita, kecerdasan otak yang kita banggakan, bahkan kedip mata dan nafas kita, tak mampu kita pertahankan sekiranya Allah menahan. Lalu kalau semua itu, kita tau tidak akan bisa membantu kita sedikitpun mengapa kita begitu sombong dan angkuh menyerah takluk pada kuasaNya? Memohon dan merendahkan diri mengemis kuasaNya?

Come on….. saat ini, detik ini… kita serahkan segenap hidup dan mati kita padaNya, agar kita bisa menjalani hidup ini dengan tenang. Jangan sampai Malaikat jibril menertawai kita karena mengejar ketenangan dari semua hal semu yang kita design di dalam pikiran kita. Ketenangan tidak akan kita temukan pada harta yang berlimpah, uang yang banyak, istri yang cantik atau suami yang ganteng, mobil mewah atau popularitas yang hebat. Ketenangan hanya kita dapatkan manakala kita berserah diri kepada Allah sepenuhnya.
Sekali lagi aku menarik nafas panjang sepenuh dada, memperbaiki syal dileherku, menarik koperku sambil kuazamkan dalam hati… lindungi perjalananku rabb… tibakan aku dengan selamat di tujuanku.

3 Replies to “Renungan (2)”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: