Untukmu hati yang luka…
Aku tau… bukan hanya tau tapi
aku merasakan sakitmu itu disini…
didada ini…. ngilu dan teramat perih
kutau kau tiba-tiba saja merasa hampa
ruang yang tadinya terisi penuh
hingga seringkali membuatmu sesak
karena cinta, kini terasa kosong….
kemana gerangan rasa itu pergi?
bukan….. bukan … sekali lagi bukan
rasa itu tetap ada
memenuhi segala sudut dan bilik-bilikmu….
tapi rasa itu kini menggantung, menggampai-gapai
seperti bunga yang layu berayun-ayun
kehilangan keindahannya
seperti pelangi pias kehilangan warna
rasamu kini berjalan tanpa arah
ditinggalkan oleh karibnya yang berpaling menjauh….
Untukmu hati yang remuk…
mungkin ekspetasimu terlampau tinggi
hingga kau sendiri tak siap untuk terhempas,
tergeletak dan nyaris sekarat
puing-puingmu burai berhamburan di dadaku…..
darahnya meleleh hingga mataku sulit kupejam
Aku seperti mayat hidup yang berjalan tanpa hati kini….
meski sudah kucoba mengumpulkanmu
menautkan kepingan-kepingan satu demi satu
berapa lama kau akan kembali utuh?
berapa waktu yang kau butuhkan untuk mengobati lukamu?
meraut utuh puing-puingmu yang berserakan?
dan mengembalikan warnamu agak tidak lagi pias?
Untukmu hati yang burai
harapan mungkin terlalu kau lambungkan…..
hingga kau tak siap ketika dijatuhkan dengan keras…
tidak waspada ketika harus terhempas dan terbanting….
membuatmu seumpama daun kering yang ditiup angin….
pasrah jika harus tersangkut dimana
terlontar bagai bintang yang terlepas dari gugusannya
melayang-layang tak tentu arah
mungkin aku harus menunggu
Sang waktu menyembuhkan lukamu
mengubur kenanganmu dan membuatmu
melihat semuanya dengan sadar
bahwa seperti itu tangan takdir mampu merenggutmu ….
meletakkan ditempat yang sesuai
agar kau tahu, dimana kau berpijak
hingga kau paham,
bahwa kau hanya seonggok daging
yang tak punya kuasa apa-apa
dan harus menyerah takluk
pada karunia hidup yang diberikan sebagai hadiah….
dan mengerti bahwa harapan hanya boleh
kau gantungkan pada Khalik bukan kepada mahluk