
Siang yang gerah tanpa angin,
lembab peluh tak menjanjikan sedikitpun kesenangan duniawi
Seolah mencari celah agar harapan tumbuh
menyeruak mimpi dikala lelap siang…
Pikiran-pikiran mengurai seperti ranting pada pohon,
yang daunnya lebat hingga sulit melihat tangkainya…
Jika rasaku adalah belitan kukuh dalam benakmu..
Dan hatiku kuat dalam genggammu..
Mungkinkah secarik lupa menghapus bayang walau sesaat?
Seperti burung yang membuat sarang dalam pikiranku
Adalah sulit menghalaunya pergi setiap kali kembali pulang
Meski rindu menjelajah jauh
Selalu terpulang kedalam hati
Siang yang gerah tanpa angin
Sejatinya aku masih memeluk bayangmu dalam benakku
Meski peluh melunturkan harap
Tapi sosokmu telah memilih untuk berdiri disini
Disisi hati yang telah kubuka
Jika hari ini rindu kembali datang
Aku hanya ingin mengatakan
Siang dan malamku telah membeli utuh dirimu
dalam syair rindu yang kental…….
Siang yang jengah karena panas
Peluh dan letih adalah irama hari yang terkungkung dalam bingkai waktu..
Di lenganku kau akan ingat segalanya……
Karena saat kau bersandar, aku berkisah tentang siang…
tentang pagi yang gemuruh dan tentang malam yang isinya semata cinta
Ajari aku memelukmu lagi
Sebab tanganku enggan berhenti mengusapmu
Meski terbata mengucap rindu
Siang yang jengah karena panas
Aku sungkan menafsirkan kata-kata di matamu
Memandangmu saja sudah cukup bagiku
Mengurai rindu yang akhirnya menjadi abu……