Memiliki buah hati adalah dambaan semua orang, laki-laki atau perempuan semuanya sama nilainya bagi orang tua. Tidak ada yang dilebihkan dan tidak pula kurang rasa cinta kepada mereka.
Bagi orang tua anak adalah amanah yang harus mereka rawat dan jaga. Memberinya kasih sayang dan bekal hidup berupa ilmu. Ada hal yang perlu kita pahami, bahwa Anak laki-laki adalah milik ibunya sepanjang hidup, berbeda dengan anak perempuan yang akan menjadi milik lelaki lain yang bukan ayahnya, sejak laki-laki mengambilnya dari tangan ayahnya dengan ijab qabul. Karenanya syurga anak perempuan setelah menikah adalah suaminya. Ridho suami adalah ridho Allah baginya.
Sedangkan anak laki-laki, dia akan menjadi pemimpin keluarga. Setiap laki-laki akan dimintai pertanggung jawabannya atas empat perempuan dalam penguasaannya, ibunya, saudara perempuannya, istrinya dan anak-anak perempuannya. Itulah sebabnya lelaki bagi ibunya adalah miliknya sepenuhnya. Karena jika sang suaminya berpulang maka kepada anak laki-lakilah beban tanggung jawab pemeliharaan atas dunia akhirat sang ibu. Ini yang harus di pahami oleh seorang istri, Perempuan yang kemudian dipilih oleh lelaki untuk menggenapkan imannya setelah bakti kepada ibunya. Sebagai perempuan yang baru saling berkenalan setelah dewasa, kita termasuk beruntung, karena kita mendapatkan suami kita pada posisi, dia telah dewasa bahkan mungkin sudah mapan dengan titel sarjana dan pekerjaan yang layak. Selayaknya kita berterima kasih kepada ibu mertua yang telah mengizinkan kita memiliki putranya, yang dilahirkan, di rawat dan diasuhnya hingga dewasa. Disekolahkan hingga bekerja, dan sanggup menafkahi kita. Karenanya kita juga tidak boleh kelewatan dan egois kepada ibu mertua. Karena tidak jarang banyak diantara kita yang tidak menerima kedekatan suami kita dengan ibunya. Menganggap ibu mertua sebagai saingan kita dalam merebut perhatian. Dan merasa dikhianati jika karena sikap kita yang tidak manis kepada ibunya menyebabkan suami akhirnya sembunyi-sembunyi menafkahi ibunya. Padahal bisa dikatakan uang anak laki-laki adalah sepenuhnya uang ibunya, bukankah ibunya yang menyekolahkan hingga dia selesai? Mendorong dan tak henti-henti mendoakan agar dia mendapat pekerjaan yang layak? Meskipun sebagai ibu sesungguhnya dia tidak membutuhkan balas jasa, melihat putranya hidup bahagia sudah cukup terbayar segala letih dan lelahnya? Dan tentulah orang tua tidak akan menyusahkan anak lelaki mereka dengan hal-hal diluar kemampuannya. Bahkan bila mana perlu sebagai ibu, mereka akan memberi apapun yang mereka miliki untuk anak-anaknya, apalagi untuk kebahagiaan putra putrinya. Dan karena alasan itulah, sudah seharusnya sebagai istri, kita harus membantu suami untuk menjadikan dia bertambah baktinya kepada ibunya. Bertambah rasa hormat dan rasa sayangnya kepada orang tuanya. Harus kita sadari bahwa ibunya adalah syurga bagi tiap anak lelaki. Sehingga jika dia lupa membahagiakan ibunya maka tugas kita sebagai istri untuk mengingatkan. Tidak sebaliknya, malah menempatkan suami kita menjadi serba salah, karena kita terus memata-matai apa saja yang dia lakukan untuk ibunya. Menjadi kewajiban kita untuk berbakti kepada suami sekaligus kepada orang tuanya. Sejatinya kita boleh bangga memiliki suaminya yang mencintai ibunya karena itu juga berarti bahwa dia pasti akan mencintai dan menghormati kita sebagai istrinya. Tidak akan menyakiti apalagi mentelantarkan. Menjadi tauladan yang baik bagi putra-putra kita untuk menjadikan ibunya sebagai orang nomer satu yang harus dia jaga kemuliaan dan kehormatannya. Percayalah… perempuan yang selalu berseteru dengan ibu mertuanya, akan menerima hal yang sama dengan menantu perempuanya kelak. Jika dia menjauhkan suaminya dari ibunya maka pasti kelak menantu perempuannya juga akan menjauhkannya dari putranya. Dan itu pasti akan sangat menyakitkan. 😌
So ada baiknya kita berdamai dengan hati, jika kita saja yang baru mengenal suami kita bisa mencintai dan ingin terus berdekatan dengannya bagaimana pula hati sang Ibu? Yang sudah mencintai anak lelakinya bahkan jauh sebelum dia melihat rupanya? Sudah mencintai putranya padahal baru merasakan geliat di perutnya? Lalu kita, perempuan yang dikenalnya setelah dewasa dan mapan, ingin memisahkan ibu dari putranya? pernahkah kita bayangkan bagaimana ibunya merawat dan menyapihnya hingga dewasa dengan cucuran keringat dan air mata? Jadilah istri yang baik, bukan hanya kepada suami, tapi lebih lagi kepada ibu mertua. Bersyukur kepada ibu mertua karena dia telah menjaga dan memelihara tulang rusuk kita itu dengan baik, membentuk watak dan kepribadiannya bahkan menjadikannya suami yang perhatian dan penuh kasih sayang. Sehingga jika kita tidak bisa mencintai dia setulus cinta ibunya, maka bantu saja ibunya untuk tetap mencintai dan mendoakan agar Dia tetap menjadi putra ibunya yang berbakti…… itu sudah cukup mengantarkannya ke syurga. Jangan sakiti hati ibunya, yang hanya akan membuat ibunya sedih dan marah kepada putranya, karena kemarahan dan ketidak ridhoan ibu pada anaknya adalah jalan pintas mendorong suami ke neraka. Sekali kita menyakiti hati ibunya sama halnya kita sudah membawa bara api kedalam rumah kita, karena suami kita tidak akan pernah ikhlas karenanya. Mungkin dia akan mengatakan bahwa mantan istri banyak kita temui diluar tapi tak sekalipun kita temui yang namanya mantan ibu . So jika kau ingin hidupmu tenang, bersekutulah dengan ibu mertuamu untuk sama-sama mencintai lelakimu agar kau menemukan syurga dunia dan syurga akhirat sekaligus.
#ayomenulisdenganhati
Note: Sengaja kutulis untuk semua anak perempuanku, kiranya Allah swt mempertemukan dirimu dengan laki-laki baik.