Reposisi dan Regenerasi Perpolitikan Sulawesi Tengah

Keluarga Besar Perhimpunan PII Sul-Teng
Keluarga Besar Perhimpunan PII Sul-Teng

Judul di atas adalah tema Orasi Ilmiah yang diantarkan oleh Dr.H.Nadjamuddin Ramli,MSI salah satu pengurus di Pelajar Islam Indonesia pada tahun 90 an dan sekarang beliau telah bertugas sebagai staf di Departemen Pendidikan Nasional, pada acara halal Bi halal yang dilaksanakan oleh Keluarga Besar PII Wilayah Sulawesi Tengah Di Swiss Bel Hotel.
Acara ini sekaligus temu kangen seluruh Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia yang ada di Palu, tapi ternyata juga di hadiri oleh beberapa teman yang ada di beberapa kabupaten, yang datang karena menerima SMS.
Sebagai salah satu panitia, aku mengaggap bahwa acara ini sukses, karena semua yang di undang hadir, bahkan pak Nadjamuddin yang sekarang bertugas di Depdiknas menyempatkan diri untuk datang dan menyampaikan orasi Ilmiah. Juga salah seorang senior yang termasuk pendiri PII Sulawesi Tengah Kanda Kamal DP juga turut hadir, yang mengharukan karena beberapa Instruktur pada saat aku mengikuti Leadership Basic Training (LBT) tahun 1980 ( wih…. 29 tahun lalu) nampak hadir dan alhamdulillah semua nampak segar dan senang bisa kumpul bersama.Mantan pengurus Korwil PII Wati tahun 70 an yakni: Yunda Hj. Balgis Maskati dan Yunda Mawarni Suhas yang baru sembuh dari stroke juga bela-belain hadir meski harus menyisihkan kegiatannya yang lain.Tidak ketinggalan juga Yunda Hasnah Madeali, yang mendapat predikat Pengurus PII sepanjang masa, karena hampir di setiap angkatan beliau selalu ikut sibuk terlibat, mulai dari seksi konsumsi pada saat awal beliau bergabung hingga penyandang dana kegiatan yang selalu kena todong karena rumahnya berdekatan dengan Masjid tempat pelaksanaan acara (Semoga Tuhan membalas semua kebaikannya).
Ada beberapa hal dalam orasi yang di sampaikan oleh Pak Nadja kiranya harus diakui oleh kita semua yang ada di palu, sebagai sebuah kenyataan yang menyedihkan, yakni ketertinggalan kota Palu dalam segala hal jika di bandingkan dengan kota-kota lain, bahkan dengan provinsi baru seperti Gorontalo dan Mamuju Sulawesi Barat.
saya kira bukan di sebabkan oleh kurangnya SDM, atau karena kurangnya Sumber Daya Alam,siapa yang bisa menutup mata mengenai banyaknya hasil tambang di Sulawesi Tengah, hasil laut, atau hasil hutan, tapi anehnya kita termasuk Kota yang mengalami krisis Listrik dengan giliran pemadaman yang menjengkelkan dan membuat para investor berpikir ribuan kali untuk menanamkan sahamnya di sini. Jika tahun lalu pemerintah Daerah masih mampu menjamin selama bulan Ramadhon tidak akan ada pemadaman listrik, maka tahun ini pemda tidak mampu menjajikan apa-apa, sehingga pemadaman terus terjadi tampa memikirkan bahwa orang tengah berbuka atau lagi makan sahur.
Hal lain yang juga menyedihkan tentang keperdulian pemerintah daerah kita terhadap pendidikan, Sementara daerah-daerah lain terus bergiat menyekolahkan putra-putri daerah yang berprestasi keluar daerah, dengan biaya pemerintah dan nantinya di harapkan jika selesai mereka bisa pulang dan membangun daerahnya, kita saat ini jangankan membiayai, sekedar menanyakan kabar jika kebetulan ada pejabat yang keluar daerah, sementara disana banyak putra-putri kita yang sekolah dan kuliah dengan biaya sendiri juga tidak. Kota lain yang yang memiliki putra-putri daerah belajar di luar kota, pejabatnya selalu menyempatkan diri untuk datang dan mengundang mahasiswa-mahasiswanya untuk bertukar pikiran tentang bagaimana memajukan kotanya, sambil silaturahmi dan membagikan sedikit rasa kepedulian karena mereka adalah mahasiswa meskipun mereka dalam penyelesaian disertasi S3, tapi namanya mahasiswa tentu butuh bantuan dana , hal-hal kecil seperti itu membuat mereka selalu ingin cepat selesai dan ingin pulang untuk membangun daerahnya. Kepedulian Pemda kita terhadap siswa-siswa yang berangkat untuk berlomba hingga ke tingkat nasional juga masih sangat minim, contohnya saja siswa SMK yang setiap tahun mengikuti Lomba Kompetensi Siswa, atau Olimpiade sains dan Tekhnologi bagi Siswa SMK, sama sekali belum terlihat bahkan siswa kita yang menangpun tidak ada reward dari daerah untuk mereka , sangat menyedihkan jika di banding dengan daerah-daerah lain.Justeru yang menonjol dan paling sering menghiasi koran-koran lokal kita adalah penyalah gunaan dana, nyaris di semua instansi, seperti i masalah Penyalahgunaan dana DAK yang nyaris melibatkan begitu banyak Kepala Sekolah, 2 Orang Kadis Pendidikan Kota dan beberapa pengelolanya, Penanganan Sampah yang menyebabkan Kadisnya harus menginap di Hotel Prodeo.Yang lebih mengherankan adalah banyaknya bantuan pusat untuk sekolah-sekolah yang mestinya di sertai dana pendampingan, tapi tidak bisa di penuhi oleh Pemda,sehingga banyak alat yang di beli dengan bantuan pemerintah pusat tidak bisa di gunakan karena pelatihan penggunaannya harus dengan dana sharing.(Tragis bukan?)
Ada hal lucu yang disampaikan beliau dan aku pikir itu memang penyakit kronisnya orang palu yakni “Susah melihat orang senang, dan senang melihat orang susah” sehingga siapapun orang daerah yang maju, bukannnya dorong tetapi diupayakan segera turun dari jabatannya, menggenaskan memang!slogan “Nosasara nosabatutu” persaudaraan yang dilandasi rasa kebersamaan, senasib dan sepenanggungan hanya sekedar slogan tapi kenyataan membuktikan sebaliknya, berapa banyak pejabat di Palu yang memegang jabatan hanya seumur jagung karena keburu di demo atau di mutasikan ketempat lain padahal mereka belum di beri kesempatan untuk bekerja dan menunjukkan kinerjanya.Sehingga ada sebagian teman yang berseloroh jika ingin melihat bukti pepatah” semakin tinggi pohon semakin kuat goncangannya” datang saja ke Palu.Tadinya benar-benar kuanggap seloroh, saat ini aku hampir percaya 100 %.
Sulawesi Tengah telah mengalami kesekian kalinya pergantian Gubernur, pergantian walikota Pergantian Bupati, tapi kok kita seolah-olah berjalan di tempat, memang sih sudah ada perbedaan dari 10 tahun lalu, tapi sangat tertinggal jika dibandingkan dengan Menado, apalagi makasar saudara kandung Palu yang melaju pesat beberapa tahun terakhir ini. Seharusnya ini menjadi bahan koreksi bagi siapapun yang naik sebagai Bupati, Walikota apalagi Gubernur, rasanya aku setuju sekali dengan pernyataan Anggota DPR pusat dari dapil jogyakarta tapi lahir di Palu, bahwa yang menjadi Bupati, menjadi Walikota atau Gubernur di Palu harus orang “gila” bukan orang yang yang tidak waras tapi orang yang gila kerja, gila inovasi, gila akan perubahan dan Gila akan Ilmu. Hanya dengan pimpinan yang seperti itulah Palu bisa mengejar semua ketertinggalannya dari provinsi-provinsi yang lain. Akhirnya sudah saatnya bagi siapapun yang akan naik baik menjadi Gubernur atau menjadi Walikota Palu atau Bupati di sulawesi Tengah untuk benar-benar memikirkan kemajuan kota ini. Peduli akan Pendidikan dan kesehatan sebagai hal pertama dan utama dalam program mereka, karena hanya warga masyarakat yang cerdas akan tanggap pada lingkungannya, jika kita semua berniat untuk menjadikan kota ini maju seperti yang kota-kota lain marilah kita memilih pemimpin yang beriman dan berakhlak, sehingga memahami betul bahwa jabatan adalah amanah Allah swt dan pasti akan dimintai pertanggung jawaban kelak di Akhirat. Pemimpin yang benar-benar perduli pada keadaan masyarakat, yang memiliki keyakinan bahwa mereka adalah pelayan masyarakat yang dipilih untuk membawa masyarakat menjadi masyarakat sejahtera yang penuh Iman dan taqwa.
Perlu kiranya kita menengok hadits nabi ”Tidak seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk memelihara dan mengurusi kemaslahatan rakyat lalu dia tidak melingkupi rakyat dengan nasihat kecuali ia tidak akan mencium harumnya surga.” (HR Bukhari).
”Tidak seorang hamba pun yang diserahi Allah memelihara dan mengurus (kepentingan) rakyat, lalu meninggal, sementara ia menipu rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan atas dirinya surga.” (HR Muslim, Ahmad, dan ad-Darimi).
Bahkan, Rasulullah mendoakan pemimpin yang menyengsarakan umatnya agar Allah menimpakan kesengsaraan yang sama kepada mereka. Doa Rasulullah, ”Ya Allah, siapa saja yang memegang urusan umatku dan bersikap memberatkan atau menyulitkan mereka, maka balaslah dengan perlakuan yang sama. Siapa saja yang memegang urusan umatku lalu bersikap lembut kepada mereka, balaslah dengan perlakuan yang sama.” (HR Muslim).

Yah Aku cuma mampu berdoa, kiranya yang terpilih kelak adalah Manusia terbaik yang dipilihkan Tuhan bagi daerah ini, sehingga kedepannya, Palu bukan hanya maju pembangunan fisiknya tapi yang lebih penting maju Aqidahnya.

My senior and I
My senior and I

2 Replies to “Reposisi dan Regenerasi Perpolitikan Sulawesi Tengah”

Tinggalkan komentar