
JIKA SAAT KU TIBA
Jika aku tiba di persimpangan
kuingin tanganMu membimbingku
Merenggutkan keraguan yang bertahta
Mengibas jauh bimbang yang tertanam jauh
di relung kalbu.
Jika aku tiba di puncak kerinduan
Kuingin kau penuhi cawanku dengan
manisnya madu syurgawi
Kau tangkup aku dalam genggaman syahdu
nada kebesaranMu
Biarlah kau jadi mataku, denganMu aku melihat
kebatilan yang telah meluluh lantakkan
kemanusian hingga ketitik nadir.
Biarlah Engkau menjadi pendengaranku,
denganMu aku sanggup mendengar bisikan
angin yang bertasbih atas namaMu.
Biarlah Kau ada dalam penciumanku,
hingga sanggup kubaui aroma kesturi dari wangi syurgaMu
Biarlah kau ada dalam langkahku,
denganMu ku tapaki jalan Taqdirku
Biarlah Kau ada dalam hatiku,
mendirikan singgasana hingga tak satupun penyakit hati
sanggup tinggal di dalamnya
Biarlah Kau ada dalam denyut nadiku, hingga irama suci
denyutnya adalah kidung yang memuji asmaMu.
Jika aku sampai di ujung umurku…..
Aku ingin terlelap dalam rengkuh damaiMu
Tanganku dalam bimbinganMu
CintaMu menaungiku
dan cahayaMu menerangi gelapnya jalanku.
Palu, 27 Ramadhon 1430 H
WAKTU
Waktu yang bergulir cepat, melibas segala ingin dan harap.
Merenggut tuntas masa lalu hingga tinggal secuil bayang, samar dan
akhirnya sirna tampa ampun.
Detak monoton jam, terdengar kejam memberangus kenangan,
membawa pergi luka, duka dan lara.
Waktu yang bergulir cepat, juga merontokkan kisah bahagia,
sukacita dan damba.
Tiada yang tersisa dari semuanya.
dan kita tak punya pilihan, selain ikut dengannya.
Palu, 23 Ramadhon 1430 H
SAAT SUBUH TIBA
Saat subuh tiba, kemilau embun indah menghias
desau angin dingin menusuk raga, namun tetap kutapak
jalan menuju Engkau, kuterabas enggan bahkan kulawan
sungkan tuk mencapaiMu.
Ada rindu yang menggedor di pintu jiwa,
Maraknya kalbu oleh luapan syahdu gejolak rasa
tuk selalu ada di dekatMu.
Tuhan……
Biarkan ku renda rasa ini hingga menjadi selimut
yang menyelubungi tubuh telanjangku.
izinkan kupintal rindu ini hingga menjadi alas
jiwaku yang papa.
Biar kurobohkan tugu keengganan yang
membatasi langkahku mendekatiMu
Izinkan kuterabas ilalang kesombongan yang tumbuh menyemak
dan mengotori batinku, hingga bisa kusingkap
tirai yang menutup wajah keagunganMu
Hingga bisa kuraba mahkota kemulianMu
dan kuciumi wanginya Zat ke abadianMu
Saat subuh tiba……
Aku amat ingin lelap dalam pelukanMu yang perkasa.
Aku ingin berenang di lautan kasihMu
Aku ingin mereguk cintaMu yang tak terbatas
hingga parau aku menyebut asmaMu
Hingga suaraku hilang melagukan kebesaranMu
bahkan hingga diriku lenyap tertelan oleh kuasaMu.
Palu, 22 Ramadhon 1430 H
ANUGERAH
Pernahkah kau saksikan warna jingga di langit sore?
yang datang menjemput malam dan mengantarmu
dalam karunianya yang tak berbatas?
Pernahkah kau saksikan cericit burung pagi hari,
mengantar fajar membawa semangat
menjalin asa mengejar ridhonya?
Tak henti Dia memberimu anugerah
Tak pernah bosan Dia membagiMu karunia.
Meski kadang lalai, lupa berucap syukur,
Bahkan sering kita lengah dan pongah untuk mengakuinya
Hingga Dia mesti memaksa kita untuk menolehNya
lewat keperihan dan sakit yang tak terkira.
Masihkah kita saksikan purnama yang bersinar
Surya yang gemerlap dan tetap menafikan kekuasaanNya?
Haruskah kita menunggu hingga Ia sendiri
yang memaksa kita untuk menengok kearahNya?
hingga sesal menoreh perih raga, dan menghancurkan
ke Akuan kita lewat tanganNya yang perkasa?
Haruskah kita menanti hingga nafas sampai di kerongkongan
dan permohonan ampun tinggal ucapan yang tak berarti?
tinggal permohonan semu, meski di ucapkan dengan
kecemasan yang syarat?
Palu, 21 Ramadhon 1430 H.