💕 Berhentilah mencari kambing hitam💕

Pagi ini, usai menerima apel pagi yang dihadiri hampir semua staf, saya duduk dan menyelesaikan banyak pekerjaan. Entah keinginan menulis tiba-tiba menyeruak dan tak bisa ditahan. Seperti orang yang kebelet pipis😂 akhirnya saya membuka note saya dan mulai menulis.

Dalam kehidupan ini, kita sudah menemui begitu banyak orang dengan berbagai tipe dan karakter. Dan saya termasuk orang yang sepakat, bahwa siapapun yang ditakdirkan untuk kita temui pastilah ada maksud Allah untuk itu. Mustahil Ujuk-ujuk kita bertemu dengan si A, dan kenapa juga harus si A misalnya. Tentulah ada maksud Allah pada bagian itu. Bukankah ada milyaran manusia diluar sana, yang secara acak kemudian ditakdirkan untuk kita kenal dan mengenali kita. Tak lain dan tak bukan, satu hal yang pasti Allah ingin kita belajar dari mereka, belajar dari sikap baiknya, mengambil ibrah dari sikap buruknya. Waspada dari sifat liciknya, hati-hati dari sikap tidak jujurnya, tidak meniru sikap sombongnya. Dan menyerap sikap santun dan hormatnya. Begitulah hidup menjadi guru yang paling arif bagi kita semua.

Kesuksesan dan kegagalan adalah hal lumrah dalam hidup. Karena tidak semua bisa kita peluk sekaligus. Ada saja manusia yang ketika menemui kegagalan, kemudian mencari-cari kambing hitam untuk disalahkan. Yang karena ada orang bencilah, karena ada yang sentimenlah. Intinya tidak merasa bahwa apa yang kita dapat adalah apa yang kita usahakan. Tidak memahami bahwa apa yang kita panen adalah hasil dari apa yang sudah kita semai. Tidak mungkin kan, kita memanen dikebun orang? Atau kita menerima hasil dari jerih payah orang lain? Itu kenapa kemudian semesta mengajarkan bahwa rezeki itu tidak pernah tertukar. Bahwa kita hanya akan mendapatkan apa yang sudah kita usahakan. Kebencian yang kita semai maka kebencian yang akan kita panen. Keburukan yang kita tanam, keburukan pula yang akan kita tuai.

Saat kita gagal mungkin kita merasa sedih dan kecewa, itu manusiawi tapi mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain itu adalah bentuk protes yang menunjukkan bahwa kita belum dewasa, dan tidak berjiwa besar. Kita tidak yakin, bahwa segala sesuatu sudah diatur oleh Sang Perencana. Bahwa ada yang namanya Taqdir yang tidak bisa diubah dengan apapun usaha kita. Sehingga
bijak dalam merespon segala sesuatu akan membuat kita lebih baik.Segera introspeksi diri, mungkin kita memang belum layak mendapatkan apa yang kita inginkan, sekalipun kita sendiri merasa bahwa kita sudah sangat layak. Karena layak menurut pemikiran kita, belum tentu sama dengan kelayakan anggapan Tuhan. Padahal ketetapan Tuhan adalah sesuatu yang terbaik diwaktu dan tempat yang tepat, hingga penyerahan dan kelapangan menerima akan meringankan dan menjadikan kita lebih tenang. Disinilah keimanan kita diuji. Kebesaran jiwa dan kedewasaan berpikir kita dipertaruhkan.

Memang bukan hal mudah menerima kekalahan, tapi jangan sampai protes kita menumbuhkan kesan kita tidak menerima ketetapan, merasa hebat sendiri, merasa paling bersih hingga kita lupa bahwa Allah swt tidak pernah aniaya dan menyusahkan hambanya. Pada titik inilah kita perlu membuka mata batin kita, melongok kedalam diri kita, adakah sikap kita selama ini sudah benar? Sudah maksimalkah usaha kita ketika berusaha meraih apa yang kita inginkan? Tidak pernahkah kita menyakiti dan membuat orang lain kecewa? kalau sikap kita sudah benar, mungkin juga doa mereka yang kita sakiti, ada andil dalam kegagalan kita. Jika itu belum cukup, aku teringat satu tulisan yang pernah aku baca, bahwa tidak benar kita menginginkan sesuatu, sampai keinginan itu membuat kita bangun meminta kepada Tuhan di sepertiga malam. Menjadi penting untuk meminta maaf dan ampun kepada Tuhan karena pernah berbuat zalim. Mengemis pada Sang Maha Kuasa agar diberi pertolongan, tidak meminta dan mengemis pada manusia.

Jadi berhentilah menggugat Tuhan dengan sikap picik kita, berhentilah mencari kambing hitam dari kegagalan kita. Karena upaya kita mencari pembenaran apapun akan semakin menunjukkan kekerdilan cara kita berpikir. Dan akhirnya aku hanya ingin bilang, hanya mereka yang pernah merasakan kegagalan yang akan mampu mengucap syukur untuk keberhasilan kecil sekalipun. Dan hanya mereka yang rendah hati yang menerima kekalahan dengan kepala tegak dan tunduk khikmat untuk mengambil pelajaran.

Beberapa kali aku harus menghentikkan jemariku untuk mengetik, karena disela oleh tamu dan staf yang ingin mengkonsultasikan pekerjaan tapi moodku hari ini ternyata stabil, hingga gangguan apapun tidak meredakan keinginan untuk menutup saja halaman ini.
Semoga tulisan ini bermamfaat dan menjadi pengingat untukku dan untukmu yang sempat mampir di wallku.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: