
Dimasa Pandemi, ketika laju penularan dan tingkat kematian setiap hari makin tinggi, yang bisa kita lakukan adalah ikhtiar dan berdoa. Tidak perlu takut atau bahkan panik. Ajal itu ditangan Allah. Jadwal kematian tiap orang tak berubah. Demikian juga penyebabnya. Masing-masing kita tengah berjalan menuju takdir, rapi dalam antrian. Tidak ada yang berani menyalip dan kita juga pasti enggan menyalib. Demikianlah semuanya, bergulir sesuai ketentuan.
Sebuah hadits mengatakan, “Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanamnya sebelum terjadinya kiamat maka hendaklah dia menanamnya.” (HR. Imam Ahmad).
Hadits diatas jelas, kita diberi ruang untuk untuk ikhtiar, menaruh harapan dan berupaya maksimal, hingga titik akhir. Tak boleh ada kata menyerah, yang ada pasrah dan Tawakal. Bukan apatis.
Jadi ikhtiar maksimal harus terus dilakukan. Jaga kesehatan, makan, minum, istirahat dan olah raga. Lakukan semuanya dengan hati senang, sambil terus berdoa agar dijauhkan dari hal buruk.
Manusia hanya berencana, Tuhanlah yang menetapkan. Yakin dan percaya bahwa rencana Allah adalah terbaik. Dunia ini tempatnya ujian, dan tidak ada ujian diberikan selain untuk menaikkan kelas mereka yang diuji.
Percayalah, setiap orang di beri sesuai porsi. Jangan berprasangka kepada Allah bahwa kenapa kita dikasih yang berat sementara orang lain ringan-ringan saja. Merasa paling menderita, sementara orang lain tertawa Bahagia.
Sesungguhnya tiap orang dengan masalah dan ujiannya masing-masing. Ada yang diuji dengan banyaknya harta, ada yang diuji dengan kemiskinan, ada yang diuji dengan kesehatannya, diuji dengan putra-putrinya, diuji dengan suami/istrinya. Diuji dengan saudara2nya. Diuji dengan jabatannya, dsb. Kita hanya bergeser dari masalah yang satu ke masalah yang lain. Terus seperti itu hingga saatnya kita dipanggil pulang.
Jadi kalau saat ini di beri sehat, lakukan semua hal baik, mumpung diberi kesempatan. Ulurkan tangan membantu orang lain, jika tidak ada yang akan di bagi, minimal membagi senyum dan wajah cerah. Jangan kikir dan menimbun semuanya untuk diri sendiri, karena suatu saat semua yang kau simpan, kumpul dan sembunyikan akan menjadi milik orang Ketika kau mati.
Kalau saat ini sedang ditakdirkan terbaring sakit, jangan sedih, Allah tengah mengulurkan tanganNya, mengusap kepala kita, mendekap kita agar lebih dekat dan terus dekat padaNya. Konon Allah rindu mendengar ratap dan tangis kita, Dia rindu mendengar kita memohon dengan bibir menggeletar dan air mata tumpah ruah, karena Dia sangat sayang kepada kita. Dia tidak ingin kita jauh, atau mencintai pemberianNya lebih dari diriNya. Itu sejatinya tujuan kita diuji, agar kita kembali kepadaNya, bergantung dan berharap kepada Allah bukan kepada yang lain.
Jadi … ayo kita luruskan niat, sembari memohon kepada Sang Pemilik hidup, kiranya diberi sehat, dan kesempatan untuk melakukan hal baik untuk kemaslahatan orang banyak. Banyak menanam, banyak pula yang akan dipanen. Banyak memberi akan banyak pula menerima.