Terasa waktu begitu cepat berlalu, dan yang tersisa adalah kerutan di kulit, uban di kepala dan mata yang mulai lamur. Waktu menggilas semuanya tanpa ampun. Dan sudah seharusnya kita bersiaga, menikmati sisa usia yang setiap saat makin berkurang. Perbanyak ibadah, rajin menjalin silaturahmi, menerima kondisi fisik yang mulai menurun, pokoknya mengisi hari demi hari dengan gembira dan suka cita.
Jangan biarkan kesedihan tinggal berlama-lama. Kurangi berkeluh kesah, karena itu tidak akan mengubah apapun. Jadi lapangkan dada menerima ketentuan. Kalau berkesempatan, luangkan waktu untuk plesir menikmati indahnya dunia. Kalaupun kesulitan cukup plesirkan hati dalam zikir yang panjang. Intinya nikmati hidup yang hanya sekejap ini.
Silaturahmi, mempertemukan kita dengan banyak orang, membuat kita mengenal berbagai tipe dan karakter manusia. Tidak sedikit diantara mereka yang kita sudah anggap seperti saudara sendiri, meski tidak lahir dari kandungan yang sama. Bahkan tidak jarang, keberadaan mereka begitu terasa, saat kita menghadapi berbagai kesukaran, merekalah yang dengan setia mendampingi kita. Memberi penguatan, mendorong dan berdiri di sisi kita, memberi semangat.
Tapi ada juga, yang sudah demikian lama kita kenal ternyata makin kesini makin bersikap aneh. Dalam artian tiba -tiba saja berubah sikap, dan belakang kita tahu bahwa dia sering membicarakan kita di belakang. Yang seperti ini sudah biasa terjadi, seperti kisah-kisah di sinetron 😅 baik didepan kita dan tersenyum jahat saat membelakangi. (Jadi ingat bungsuku kalau aku tanya, De, bagaimana senyum jahat? maka dia akan mempraktekkan senyum jahat ala sinetron azab di salah satu chanel televisi)
Orang bijak berkata, “Diluar sana nyaris sama banyaknya orang yang menyukaimu dan mereka yang membencimu” tapi jangan kemudian itu menjadi pembenaran bahwa kita boleh membenci orang-orang yang memiliki sifat suka senyum jahat di belakang kita ini. Justru sejatinya kita harus memperlakukan mereka dengan kasih sayang karena mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang “sakit”.
Berbagai karakter manusia pernah singgah dalam hidup kita, tidak secara kebetulan. Karena dari sekian miliar manusia yang ada di planet bumi ini, kemudian secara acak di pertemukan dengan kita dalam kondisi dan situasi yang berbeda. Ada yang tinggal lama dan akhirnya menjadi saudara, ada yang hanya selintas tapi begitu kuat kesannya pada kita, ada yang sebentar, lalu kemudian pindah dan tetap terhubung. Ada yang lama sekali bersama kita, lalu seperti hujan yang jatuh langsung menyesap ke bumi atau hilang tah kemana.
Pada tiap-tiap orang yang datang dalam kehidupan kita, sudah pasti ada maksud Tuhan untuk mengirimkan mereka kepada kita. Ada yang dikirim untuk membantu kita keluar dari masalah, ada yang dikirim untuk kita tauladani, ada pula yang dikirim untuk menguji kesabaran kita. 😅 mungkin orang-orang yang senyum jahat tadi termasuk dalam golongan yang dikirim Tuhan untuk menguji kesabaran kita. Yang namanya ujian pasti berujung pada berhasil atau gagal. Kalau kita tidak kuat menghadapi sikap mereka atau kita membalas kejahatan yang mereka buat pada kita, lalu apa bedanya kita sama mereka? Tidak ada bedanya, artinya kita juga sedang sakit.
Memang tidak mudah berada diantara orang-orang yang hatinya sakit, karena mereka tidak akan melihat sedikitpun kebaikan pada kita, mereka akan menafsirkan senyum kita sebagai sikap mencibir, mempertanyakan sikap baik kita, mencurigai apapun yang kita kerjakan. Jika kemudian mereka hanya diam dan tidak mengekspose rasa tidak sukanya, mungkin sedikit lebih baik,😌 tapi sayangnya bersikap buruk itu belum cukup bagi mereka, dan mereka malahan meniupkan semua kecurigaan mereka kepada orang lain yang ada disekitar kita.
Nah yang mengenal kita dengan baik tentu tidak akan terpengaruh dengan cerita yang dia bawa, tapi orang yang tidak mengenal kita dengan baik akan termakan, dan percaya bahwa kita memang seburuk yang di ceritakan.😅 parah bukan? Jika kita tidak bersabar, maka bisa dipastikan kita tergolong orang yang gagal dalam ujian. Karena kita tidak sabar menghadapi sikap nyinyir mereka, padahal kita sadari bahwa memang tugas mereka dikirim Tuhan pada kita untuk menguji kesabaran kita. Mengaduk -aduk emosi kita, sengaja mereka menghembus- hembuskan kisah tentang kita, berdasarkan analisa dari pikiran-pikiran mereka sendiri. Apalagi jika mereka sudah terkumpul dalam komunitas yang sama, sama-sama pula sakitnya, sama-sama pendengki maka “klar hidup loe” bahasa anak muda sekarang. 😅 Nah merespon orang-orang sakit seperti ini, tidak dengan memperlakukan mereka dengan kasar, meluruskan apa yang mereka sampaikan juga percuma,
karena tak ada kebenaran bagi orang yang penuh prasangka, begitu pesan papaku. Jadi lebih baik diam. Tetap tenang, tetap tersenyum, jalani hari seperti biasa, bahkan bila mana perlu perluas pertemanan dengan siapa saja. Perlakukan semua orang dengan baik. Karena bisa jadi, orang-orang yang membenci kita padahal mereka tidak mengenal kita hanya karena mendengar cerita sepihak, akhirnya bisa diluruskan oleh orang-orang yang mengenal kita dengan baik. Karena sudah menjadi kebiasaan umum kita sulit menerima kebenaran kedua setelah lebih dulu meyakini kebenaran yang pertama . Karenanya biarlah waktu yang bicara dan mengubah pandangan mereka. Toh apapun anggapan orang tentang kita tidak akan mempengaruhi penilaian Allah swt. Pada kita.
Jadi santai saja….. bahkanpun seluruh dunia menganggapmu buruk, tidak perlu membuatmu down, karena tidak ada yang lebih penting dari pada penilaian Tuhan. Bahkan menjadi kewajiban kita untuk mendoakan agar Allah swt menyembuhkan hati-hati mereka yang sakit, bukan untuk kebaikan kita di mata mereka, tapi untuk kebaikan mereka sendiri.
Saat aku menyudahi tulisan ini, matahari sudah menerobos masuk lewat gordin kamar. Aku menyingkap gordin, mematikan AC dan membiarkan cahaya matahari limpah ruah menghangatkan kamar tidur. Moezza dan Rubby kucing persia yang saban malam menginvasi tempat tidurku menggeliat menerima limpahan sinar matahari yang langsung menyorot tempat tidur. Keduanya saling menatap seolah bersekutu untuk segera bangkit dari tempat tidur. Subhanallah bahkan kucing saja optimis memulai hari, bagaimana kita manusia harus pesimis menghadapi hidup? Apalagi terpengaruh dengan sikap para pembenci?
Ku tutup Laptop, dan melangkah ke kamar mandi dengan hati ringan. Masya Allah, sungguh pikiran dan perasaan kita berada di bawah kendali kita. Jika kita biarkan terpengaruh oleh sikap dan pikiran orang lain maka yakinlah, sepanjang hari kita tak akan mampu tersenyum.