Sudah dua hari ini viral soal “nasi anjing” di medsos. Pelaku pemberi nasi tersebut sudah ditemukan dan menyampaikan alesan kenapa mereka memberi nasi anjing kepada masyarakat, pertama karena porsi makanannya lebih banyak dari “Nasi Kucing” dan katanya karena Anjing adalah binatang yang setia.
Mereka sudah meminta maaf dan sebagai muslim apalagi di bulan Ramadhan adalah saat yang kita percaya sebagai bulan penuh “Rahmat” dan “Ampunan” saatnya kita semua memang diuji kesabaran dan kemampuan untuk memaafkan; kasus itu kita anggap telah selesai. Tapi mari kita ambil pelajaran dari kasus tersebut tentang makna ” Berbagi dengan penuh kasih”
Berbagi adalah keharusan bagi tiap orang yang dilebihkan oleh Allah swt. Kelebihan apa saja dalam hidupnya, lebih harta, lebih ilmu, lebih kecerdasan, lebih talenta, pokoknya lebih apapun dari orang lain. Berbagi menjadi sesuatu yang mulia jika diiringi dengan keihlasan dan kerelaan. Bukan saja mulia dimata manusia tapi juga mulia di mata Allah swt.
Dalam AlQur’an ada 39 ayat yang menjelaskan tentang bagaimana indahnya berbagi dengan sepenuh keikhlasan. Apakah bersedekah, berinfak dsb.
Al-Baqarah (2) : 195. “Dan berinfaklah kamu (bersedekah atau nafkah) di jalan Allah dan janganlah kamu mencampakkan diri kamu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karana sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik”.
Al-Baqarah (2) : 245 “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.
Itu dua ayat bagaimana Allah menyukai orang-orang yang sengaja berbagi karena Allah swt.
Tentu saja berbagi yang penuh cinta dan kerelaan. Kepada sesama manusia yang kita liat begitu sangat membutuhkan.
Saat ini Indonesia didera pandemi corona, yang bukan saja menjatuhkan banyak korban tapi juga nyaris merusak demikian banyak sendi sosial. Tidak terhitung usaha yang harus gulung tikar, karyawan yang harus di rumahkan akibat perusahaan tidak mampu mengaji. Jumlah penduduk miskin bertambah, dan penduduk yang kelaparanpun pasti bertambah jumlahnya.
Kondisi itu tentu saja sangat membutuhkan kepedulian seluruh rakyat Indonesia bukan hanya pemerintah. Hingga menjadi penting artinya bantuan dari para dermawan dalam bentuk apapun.
APD untuk para tenaga medis di garda terdepan, masker untuk masyarakat yang masih harus keluar rumah untuk mengais rezeki, sembako untuk keluarga yang tidak lagi mempunyai mata pencaharian, bahkan bantuan nasi bungkus bagi mereka yang terpaksa harus meminta karena tak punya uang untuk membeli makanan. Apapun bentuk bantuannya saat sekarang akan mereka terima dengan hati gembira dan dada yang lapang.
Tidak sedikit dari mereka adalah kaum duafa, yang secara fisik terkondisi oleh keadaan sehingga masuk dalam kategori orang yang butuh pertolongan. Mereka manusia, yang punya harga diri dan perasaan, yang sekiranya tidak dalam situasi seperti sekarang bisa dipastikan masih mampu bekerja. Sebagai buruh cuci, pekerja serabutan, bahkan pemulung.
Tapi karena situasi yang tidak memungkinkan mereka keluar rumah, sehingga dengan terpaksa mereka menadahkan tangan menerima belas kasihan orang lain.
Memberi sesuatu kepada mereka tentunya dengan rasa penghargaan karena yang kita bagi dan kita berikan tidak bisa juga kita klaim sebagai milik kita sepenuhnya, melainkan anugerah, pemberian Allah yang diberikannya dengan penuh kehormatan lewat kemudahan mendapat pekerjaan, kehormatan mendapat kedudukan dan jabatan, larisnya perdagangan, suksesnya bisnis dan 1001 cara Allah swt memberi kelancaran rezeki. Jika Allah swt memberikan anugerahnya krpada kita dengan cara yang begitu indah, begitu elegan dan penuh kehormatan, maka kitapun harus memberikan bantuan dan pertolongan kita dengan cara yang elegan, tanpa menyakiti rasa kemanusian apalagi keyakinan orang yang kita beri bantuan.
Anjing mungkin adalah binatang setia, tidak sedikit yang menuliskan tentang bagaimana kesetiaan seekor anjing kepada pemiliknya, bahkan ada yang sampai diangkat kelayar lebar, dan menyaksikan filmnya banyak yang meneteskan air mata.
Tapi fakta bahwa keyakinan orang muslim anjing adalah salah satu hewan yang di haramkan untuk dimakan, bahkan ludahnya saja diyakini sebagai najis tentu sudah menjadi pengetahuan kita bersama, agama apapun dia, seperti halnya pengetahuan kita bahwa sapi adalah hewan suci bagi masyarakat hindu. Sehingga melabeli nasi bungkus sebagai “Nasi Anjing” dan membagikan kepada kaum muslimin itu amat menyakiti perasaan kaum muslimin. Meskipun dengan dalih yang disebutkan diatas.
Bahkanpun menurut yang membagikan, bahwa nasi itu sesungguhnya bukan berisi daging anjing tapi daging sapi. Tapi di beri stempel Nasi anjing, tentu saja itu dianggap sesuatu yang tidak lazim dan menyakiti. Karena seorang muslim dituntut untuk berhati-hati dalam segala hal termasuk dalam mengkonsumsi makanan.
Mungkin sebagian mengatakan bahwa dalam kondisi darurat yang haram boleh menjadi halal. Tapi tidak dalam kondisi seperti sekarang. Karena kondisi sekarang belum lagi dikategorikan sebagai kondisi darurat. Karena masih banyak orang lain yang membagi rezeki mereka dengan cara baik tanpa menyakiti, membagikan rezekinya dengan memperlakukan orang lain dan memperlakukan mereka sebagai manusia terhormat. Toh yang dia bagikan, sesungguhnya rezekinya sendiri yang kebetulan dititip Allah pada mereka dan mereka diutus sebagai perpanjangan tangan untuk membahagiakan orang lain melalui tangan mereka?
Bagaimana rasanya memakan nasi bungkus yang kertasnya di stempel nasi anjing? Istilah yang tidak lazim digunakan. Kita bisa ketawa ketiwi ketika disuguhi nasi kucing, karena itu merupakan istilah yang lazim digunakan di daerah jogya, surakarta maupun daerah di jawa sana, untuk nasi porsi kecil dan kita tahu bahwa penjualnya mengolah bahannya bahkan menatanya secara terbuka di depan pembelinya. Adalagi sego macan yang porsinya tiga kali lebih banyak dari nasi kucing biasanya dilengkapi nasi bakar, ikan dan sayuran.
Sehingga memilih istilah nasi anjing karena porsinya lebih besar rasanya kok alasan yang dicari-cari…. tapi sudahlah. Saya memang tidak sedang membahas itu, karena kita sudah sepakat memaafkan. Point saya menulis ini adalah bagaimana berbagi dengan cinta tanpa merusak apalagi menyakiti perasaan orang yang tengah butuh bantuan dan pertolongan.
Allah menegur keras orang-orang yang bersedekah tapi menyakiti perasaan orang yang diberi.
Al- Baqarah (2) 264 : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
Jadi jika ingin berbagi, berilah bantuanmu dengan ikhlas, tanpa mengungkit apalagi disertai dengan kata-kata ataupun simbol yang bisa menyakiti perasaan orang yang diberi, inshaa allah pemberian kita bermamfaat baginya, dan akan menjadi berkah bagi kita yang membantu.
Memanusiakan manusia dengan memberi penghormatan kepada mereka sedikitpun tidak akan mengurangi kehormatanmu apalagi merendahkan derajatmu. Justeru sebaliknya kualitas dirimu akan nampak dari caramu memperlakukan orang lain.
Selamat menjalankan ibadah shaum hari ke lima, semoga menjadi amal yang diterima dan pemberat di yaumil akhir kelak🙏