❣Karena Kau akan membangun Rumah Tangga bukan Membuka Rumah Makan❣

Nanti malam kita sudah akan melaksanakan sholat Tarwih pertama dibulan ramadhan tahun ini. Seperti tahun tahun yang lewat bulan Ramadhan selalu istimewa bagi umat muslim.

Entahlah selalu ada perasaan yang berbeda dibanding bulan-bulan yang lain. Meskipun tidak ada cuti bersama diawal ramadhan, tidak juga ada hari libur bagi anak sekolah seperti zamanku dulu saat kecil. Dimana mentri agama meliburkan sekolah sebulan penuh, sehingga Ramadhan bagi kita adalah bulan yang paling asyik dan ditunggu-tunggu dibanding bulan-bulan yang lain. Kita menikmati masa libur dengan pelaksanaan ibadah penuh waktu, menikmati saat subuh di masjid, tekun mendengar ceramah subuh tanpa harus buru-buru pulang karena harus masuk sekolah seperti saat ini. Karena banyak waktu buat istirahat dan tidur setelah sholat subuh dan mendengar ceramah dari para ustadz yang memberi kuliah subuh tentang akhlak dan budi pekerti Rasulullah. Beda dengan zaman sekarang, anak-anak terikat dengan masjid bukan karena ingin mendengar ceramah, tapi karena ada kewajiban mengisi buku Ramadan dan meminta tanda tangan ustadz yang memberi ceramah, lantas buru-buru pulang tidur atau mengerjakan Pe Er yang akan di periksa di sekolah pada pagi harinya. Apalagi saat sholat tarwih, semuanya dilakukan sambil lalu, sekedar memenuhi kewajiban tanda tangan buku Ramadan. Tak ada waktu untuk Tadarus, padahal kalau mau jujur, jam sekolah juga nyaris tidak produktif, karena waktunya lebih pendek dan anak-anak lemas, gurupun lemas harus menghabiskan energy untuk teriak-teriak memberi penjelasan.😅
Ramadan bagi kita tidak saja istimewa untuk ibadah, karena dibulan ini dijanjikan pahala yang berlipat ganda tapi Ramadan juga identik dengan keluarnya semua kepandaian ibu-ibu memasak untuk penganan sahur dan buka puasa. Sehingga melesetlah keinginan sebagian orang untuk bisa lebih kurus dan langsing di bulan puasa. Kalaupun ada yang berhasil lebih banyak yang gagal total.(Ini pengalaman pribadi)😅.
Mungkin itu salah satu alasan kenapa jelang Ramadan banyak sekali kita menerima undangan pernikahan. Disamping alasan bulan baik, juga menjadi alasan bagi para lajang untuk menikah, agar dibulan Ramadan ada yang membangunkan saat sahur dan memasak makanan buka dan sahur.
Kebiasaan mamaku untuk menghidangkan makanan buka dan sahur yang panas dan fresh, karena papaku tak suka menikmati makanan dingin saat sahur akhirnya menjadi kebiasaan kami sekeluarga. Karena kebiasaan papaku itulah, mamaku memilih untuk sholat tarwih dirumah saja, dan mengerjakannya di pertengahan malam. Setelah sholat tarwih yang biasanya dilaksanakan jam dua malam baru dilanjutkan dengan masak-masak, mamaku tidak tidur lagi hingga sholat subuh selesai. Satu lagi kebiasaan papaku, mengikuti sunnah Rasul, beliau membiasakan melambatkan sahur, sehingga disela menunggu waktu, biasanya jam empat subuh baru mamaku membangunkan kami semua, saat seperti itu mamaku akan mengisinya dengan mengaji yang biasanya bisa khatam 3 sampai 4 kali selama bulan ramadhan. Padahal mamaku juga Pegawai seperti pegawai lain yang tidak libur saat ramadan. Kebiasaan mamaku itu akhirnya aku warisi, aku sholat tarwih dipertengahan malam baru melanjutkan dengan menyiapkan masak sahur.
Bicara tentang masak memasak sejatinya bukan hanya menjadi tugas pokok bagi anak perempuan. Tapi juga bisa di ajarkan untuk menjadi tugas anak lelaki. Sebagai mana halnya banyak pula pekerjaan lelaki yang bisa dikerjakan oleh anak perempuan. Tapi seolah menjadi kebiasaan masyarakat umum apalagi ibu-ibu zaman baheula yang merasa canggung melihat suaminya berbelanja kepasar. Risih melihat lelaki menenteng tas kresek berisi belajaan. Apalagi jika harus mondar-mandir di dapur. Mamaku termasuk golongan itu, sehingga jarang sekali bahkan tidak pernah melihat papaku ada dikawasan dapur kecuali waktu makan. Meski begitu mamaku tergolong bukan perempuan yang senang membagi-bagi pekerjaan untuk anak perempuan dan anak lelakinya. Mungkin karena beliau juga harus nyambi kerja kantor sehingga beliau tidak membatasi kami. Bersyukur bahwa kakak dan adik lelakiku, juga aku dan adik perempuanku termasuk yang memiliki pemikiran yang berbeda setelah berumah tangga, apa mungkin karena kami memiliki anggota yang lebih banyak dari keluarga lain😅 kami juga tidak membiasakan membagi pekerjaan dengan memisahkan jenis kelamin, tapi siapa yang memiliki waktu luang dan ikhlas melakukan pekerjaan tersebut. Anak-anak sekarang juga berbeda dengan zaman kita dulu. Mereka lebih jarang masuk dapur, mungkin karena zaman kita dulu fasilitas yang memungkinkan untuk makan di luar sedikit, sehingga sesekali makan di luar bersama keluarga menjadi kesempatan istimewa dan jadi sesuatu yang mewah. Saat ini fasilitas untuk itu lebih banyak, bahkan tidak perlu keluar rumah, makanan dari luarpun sudah bisa masuk rumah dengan cepat. Tapi jika kita mampu meracik makanan dan memasaknya sendiri, nampaknya anak-anak lebih suka dan menghargai, itu yang kurasakan.
Bukan hanya tidak membagi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, anak-anak juga tidak bisa dipukul rata, bahwa semua anak perempuan harus bisa memasak. Karena masing-masing anak berbeda bakat, minat dan kemampuannya. Seperti halnya masing-masing anak memiliki kecerdasan yang berbeda. Ada yang suka seni tapi tak suka matematika. Ada yang tertarik dengan sastra tapi juga membenci pelajaran kimia. Nah karenanya, ada anak perempuan yang suka memasak tapi tak suka bersih-bersih rumah dan peralatan. Ada yang senang merangkai bunga tapi tak suka menyulam. Demikianlah, kita masing-masing punya minat dan hobbi. Sehingga kita tidak mesti memaksakan kehendak kita kepada anak. Kalau aku pandai memasak misalnya, tidak mesti anakku harus sepandai aku. Mungkin dia lebih pandai dariku dalam hal lain, berdagang misalnya. Atau kalau anak A pandai matematika, tidak harus bukan anak B kita juga jago matpel yang sama? Setiap orang diciptakan berbeda oleh Tuhan, disanalah keindahan itu tercipta, didalam perbedaan. Karenanya menurutku, menjadi aneh jika ada lelaki yang mewajibkan istrinya pandai memasak. Artinya dia masih memakai kaca mata kuda. Tujuan perkawinan toh bukan semata-mata untuk masak dan makan-makan. Kalau akhirnya kau mendapatkan istri yang pintar memasak maka itu adalah bonus. Come on pernikahan itu membangun RUMAH TANGGA bukan membuka RUMAH MAKAN😅. Tapi jika kau menemukan istri yang masakannya seperti rasa resto maka banyak-banyaklah bersyukur. Karena yang paling penting adalah carilah istri yang mampu mengantarkan kamu ke syurga, yang membuatmu makin dekat kepada Allah, mengingatkanmu untuk rajin beribadah, memberimu anak-anak yang sholeh dan shalehan yang akan mendoakanmu dan terus meminta kepada Allah agar kau diselamatkan dari api neraka. Hargailah minat, bakat dan kemampuannya. Mungkin dia tak pandai memasak, tapi pasti dia memiliki kepandaian lain yang jika kau bantu kembangkan maka itu akan membuatmu bahagia. Pahamilah ketidak mampuannya dalam satu hal, dan puji serta hargailah kemampuannya di hal lain. Karena tujuan akhir dari pernikahan adalah terciptanya keluarga sakinah mawadah warahma, tidak berujung pada pembukaan rumah makan. 😅Toh setelah tua, kita akan dibatasi banyak hal, termasuk makan yang enak-enak karena alasan kesehatan. Jadi kalau ingin menikah, lihat kembali niatmu, agar pernikahan langgeng tidak ribut untuk hal yang tidak penting, masak memasak misalnya….. 😅
Akhirnya untuk yang baru akan menikah, yang sudah menikah, ataupun yang sudah lama menikah, saya sampaikan selamat menyambut Ramadan, dari manapun makanan yang tersaji dimeja makanmu syukuri, karena yang penting bukan siapa yang memasak, tapi yang paling penting adalah makanan itu halal, sehat dan menjadikan puasa kita lebih berkualitas. 👍

Note:
Catatan iseng menunggu boarding, menyenangkan hati kaumku yang suka lupa di mana letak dapur dirumahnya karena terlanjur memilih bekerja di luar rumah.
Masih butuh diskusi panjang tentang topik diatas, tapi percayalah tak ada tujuan tertentu di baliknya. Hahaha……
Tersaji seperti ini karena dialog kecil di dengan teman seperjalanan.

3 Replies to “❣Karena Kau akan membangun Rumah Tangga bukan Membuka Rumah Makan❣”

  1. Memang culture di masyarakat kita rata2 msh menganggap kl anak perempuan tdk pintar memasak maka seolah2 kita dicap gagal sbg perempuan 😑😢 Alhamdulillah, ibu saya di rumah jg tdk prnh membeda2kan antara pkrjaan anak laki2 dan perempuan. Dan biasanya jg laki2 lbh suka perempuan yg bs memasak utk dijadikan istri. Jdnya ya anggapan itu msh sering diberlakukan.

    Suka

    1. Munkin juga sebagai ibu kita tidak hanya membagi pekerjaan tapi juga membiasakan anak lelaki untuk mengerjakan pekerjaan ke pasar, bersih-bersih kamarnya dengan harapan itu bisa mengubah mindset anak lelaki kita untuk tidak berpikir bahwa semua itu tugas istri hehehe

      Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: