Pasca pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR RI,DPD,DPRD Provinsi dan DPRD Kabuten saya berharap TL kita akan lebih sejuk dengan status-status yang ditulis dengan hati. Ternyata masih terus sama seperti sebelumnya.
Kalimat yang penuh kebencian dan kedengkian masih menyebar laksana jamur dimusim hujan😊. Komentar pedaspun mengikuti dengan tidak kalah ramainya, hingga saya membayangkan betapa gegap gempitanya seandainya semua tulisan itu bersuara dan saling bersahut-sahutan. Mungkin akhirnya sebagian kita akan memilih menggunakan headset agar gendang telinga kita tidak blong karenanya.
Kata-kata kasar, kalimat pedas dan menyindir serta umpatan sesungguhnya adalah gambaran apa yang tengah berkecamuk didalam pikiran kita. Sebagian besar dipengaruhi oleh hati yang panas tertutup oleh hawa nafsu.
Jika kita mau jujur maka kemarahan adalah wujud dari hati yang di dominasi perasaan merasa lebih benar, merasa lebih tahu, tidak mau kalah dan selalu ingin disanjung. Sehingga saat ekspetasi kita tidak sesuai dengan kenyataan kita cenderung meluapkan semua perasaan kecewa kita keluar tanpa kendali. Apalagi kita memang memiliki perbendaharaan kata-kata kasar yang lebih banyak.
Perbendaharaan kata yang tersimpan dalam memori otak si pengumpat ternyata juga memperkaya wawasan, pemahaman, dan baiknya kinerja otak mereka dalam menyimpan kata-kata. Itulah sebabnya secara spontan mereka mampu mengelurkan kata-kata kasar justeru pada saat orang lain masih berpikir apa yang akan mereka lakukan untuk merespon.
Aku pernah membaca bahwa mereka yang suka mengumpat dan berkata-kata kasar hanya mengeluarkan apa yang mereka miliki. Dengan kata lain mereka tidak memiliki kalimat lain selain apa yang mereka tumpahkan. Semula aku menolak pemikiran tersebut, karena sebagai manusia beradab apalagi sudah mengenyam pendidikan tinggi mustahil kita tidak memiliki kosa kata halus nan sejuk. Tapi belakangan ini fakta tersebut mulai aku percaya sembilan puluh sekian persen, tadinya aku berharap ini hanya sekedar fenomena Pemilu, dimana orang-orang dihadapkan pada pilihan yang berbeda. Sekalipun itu juga tidak bisa dijadikan alasan untuk berkata-kata kasar.
Nyaris 24 jam aku tidak menaikkan status apapun, karena merasa malas membuka wall yang isinya kalimat-kalimat sampah tak bermutu. Apalagi yang jelas-jelas tidak memintarkan🥰. Mungkin kita perlu calling down sejenak, ada apa dengan diriku? Apa memang kosa kata yang aku punya semuanya sampah? Masak sih aku tidak punya kalimat sejuk yang aku tulis sebagai status satuuuu saja selama aku membuka akun fb? Jika lisan adalah cerminan karakter dan kebersihan hati, maka tulisan di medsos juga bisa kita katakan demikian. Karena kehadirannya mewakili kehadiran kita dalam interaksi langsung meski hanya di dunia maya. Mungkin itu sebabnya pemilik fb selalu bertanya tiap kali kita membuka laman fb, apa yang kamu pikirkan? maknanya jika yang kita pikirkan baik, maka baiklah yang akan kita tuliskan hehehe…..
Aihhh… pikiran sederhanaku diruang tunggu dalam perjalanan ini😍😍
Note: Edit ulang gegara lupa ngasih judul hahaha….. ketauan yang nulis mulai “pelupa”