Dalam hidup yang namanya rezeki, jodoh dan kematian bukanlah sesuatu yang mesti
Didiskusikan, diperdebatkan apalagi di pertanyakan. Karena mendiskusikan, memperdebatkan apalagi mempertanyakan hanya buang waktu sia-sia. Karena pada akhirnya semua upaya, ikhtiar dan doa berujung pada takluk dan penyerahan pada kekuasaan dan ketetapan Allah swt.
Kalaupun kita merasa sudah mati-matian berusaha, berdarah-darah berupaya, disanalah ke”luarbiasa” an Allah, Dia selalu membuka ruang bagi hambaNya untuk bisa memilih, mengambil keputusan, mengejar, jatuh bangun, berharap, meminta dan diujung semua pengharapan Allah swt menetapkan dan memilihkan ujung yang paling tepat, yang paling sesuai, dan paling cocok untuk yang bersangkutan. Luar biasa bukan?
Sayangnya tidak semua kita sanggup menerima ujung dari pilihan-pilihan tadi, usaha berdarah-darah sebelumnya sebagai satu hal terbaik yang dianugerahkan Tuhan buat kita. Karena memang tidak semua sesuai harapan. Kesedihan, kekecewaan dan bahkan ada juga hopeless disertai protes berkepanjangan, menghujat bahkan sampai kehilangan keyakinan pada kuasa Allah swt.
Banyak yang tersenyum bahagia karena sesuai bahkan melampaui ekspetasi mereka sebelumnya, tapi bahagia yang berlebihan juga tidak baik karena akhirnya membuat kita lupa bahwa bahagiapun sesungguhnya ujian Allah swt apakah kita bersyukur akan nikmatnya atau justeru sebaliknya kita merasa bangga dengan usaha dan ikhtiar kita dan menganggap bahwa karena usaha kitalah sehingga kesuksesan tersebut kita raih secara sempurna.
Jangankan berterima kasih kepada Allah swt, bahkan kitapun lupa berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu, mendorong dan mensuport kita, seolah-olah dalam kesuksesan kita tak andil orang lain didalamnya. Kita mabuk kesuksesan hingga kita tidak sadar bahwa apa yang kita raih sesungguhnya karena rasa cinta dan sayang Allah pada kita, Dia ingin kita mendekat dan menyapa saat kegembiraan tumpah ruah didalam dada kita, seperti halnya ketika usaha kita digagalkan, usaha kita di bangkrutkan, kita dikecewakan dan dikhianati sahabat, kita ditelikung oleh orang yang paling kita percaya, kitapun meratap, merintih menyebut namaNya dalam kesedihan dan kedukaan.
Jika saat bahagia karena berhasil, kita diminta untuk berbagi kebahagiaan dengan orang lain, maka disaat duka dan kecewa biarlah hanya kita tumpahkan kepada Allah saja maka disaat duka dan kecewa biarlah hanya kita tumpahka kepada Allah saja, karena sangat tidak penting mencari kambing hitam dari kegagalan kita apalagi sampai memutus silaturahmi. Sejatinya kita yang harus introspeksi, karena kegagalan, kekecewaan dan luka yang kita alami pasti bukan disebabkan oleh orang lain, karena orang lain tidak akan pernah bisa mengambil atau memberi sedikitpun dari apa yg tidak ditetapkan untuk kita. Rezeki tidak pernah tertukar apalagi salah orang bukan? Jadi apa gunanya menyalahkan orang lain untuk kegagalan kita?
Bahwa tiap orang yang didekatkan Allah dalam kehidupan kita pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu, yang kalau kita cermati satu persatu, mereka memiliki andil yang berbeda. Ada yang kehadirannya dikirim untuk melapangka jalan bagi kesuksesan kita, ini kenapa kita harus mengingat dan berterima kasih kepada mereka saat kita menerima anugerah kebahagiaan. Ada pula mereka yang dikirim untuk menguji kesabaran kita, mereka ini yang harus kita peluk karena hadirnya membuat kita semakin matang dan dewasa.
Pada akhirnya siapapun yang hadir dan lewat dalam hidup kita pasti memiliki jasa besar untuk menjadikan kita manusia yang lebih baik. Mungki kita lambat menyadari sehingga kedukaan kita membuat kita marah dan sakit hati tapi apa sih yang tak akan berlalu dari hidup kita? Semuanya akan menjadi masa lalu masa lalu, termasul kejadian yang membuat kita terluka. Jadi buat apa merusak hati untuk sesuatu yang nantinya menjadi kenangan. Mengoleksi kenangan buruk sama halnya kita sengaja membusukkan hati. Padahal kenangan masa lalu entah baik atau buruk hanya boleh di tengok sebentar sekedar mengetahui siapa yang harus kita peluk karena semua jasa mereka dan memastikan bahwa jalan yang kita lalui saat ini tidak akan menjerebabkan kita pada kesalahan yang sama.
Kalau akhirnya semua akan lewat dan berlalu apakah penting kita membawa sakit hati dan kemarahan ke masa depan? Apalagi kalau kita sadari bahwa kegagalan dan kekecewaan kita tak ada gunanya, hanya akan membuat kita meringis dan malu hati. Bisa jadi justeru akan merusak apa yang akan kita kerjakan dan yang akan kita lalui berikutnya.
Bisa jadi gambarannya seperti ketika kita melihat foto masa kecil kita akan tertawa bahagia atau bahkan kita meringis karena melihat tampilan kita yang aneh dan kocak. Mustahil bagi kita mengulang momen tersebut, memperbaiki gaya kita di foto, menyesali dan marah kenapa kita bergaya seperti itu adalah hal yang konyol kalau tidak bisa dibilang gila hehehe….. nah seperti itulah kiranya jika kita membawa kemarahan, kebencian dan sakit hati masa lalu ke masa kini.
Jadi sudahlah, lupakan semua apa yang mesti dilupakan. Lepaskan semua hal yang tidak harus digenggam karena akan memberatkan langkah kita untuk maju dan meraih kebahagiaan, karena Allah menyukai orang yang berjalan kedepan tanpa dendam dan sakit hati. Artinya Allah menyukai mereka yang menerima takdir dan ketetapan dengan senyum bahagia tanpa beban. Karena mereka paham jika kali ini mereka gagal maka diujung kegagalan ada kesuksesan, sebaliknya jika saat ini mereka berhasil, maka mereka juga harus bersiap untuk menerima pelajaran tentang kegagalan pada waktunya. Bukankah hidup ini seperti roda pedati? Camkanlah
Masya allah … Terimakasih untuk nasihatnya
SukaSuka