Rasanya aku lebih suka menyapamu begitu.. boleh kan?
Karena sahabat akan mengikat hati kita selamanya, ketimbang teman, lebih mendekatkan hati dan menyejukkan perasaan dibanding kawan, karena sahabat akan selalu ada kapanpun kamu membutuhkan☺
Nah sahabatku…..
Hidup seringkali mempergilirkan kebahagiaan dengan kesulitan, senyum dengan tangis, gembira dengan kecewa karena memang senyatanya tak ada sesuatupun yang abadi di dunia ini. Jika hari ini kita mendapatkan, maka bisa jadi besok kita kehilangan, jika saat ini kita terbahak mungkin sebentar lagi kita mengisak pilu.
Lantas apa yang membuat kita harus terpaku pada satu kondisi dan enggan beranjak jika kita tahu semua akan berlalu selayaknya daun kering yang tertiup angin?
Sekiranya kita ditempatkan Allah pada posisi sedih, layakkah bagi kita untuk terus menerus tenggelam dalam kesedihan sehingga kita lupa bahwa masih ada kewajiban lain yang menunggu untuk kita sentuh dan bisa jadi menjadi pintu untuk mengusir kesedihan yang kita rasakan dan bahkan mengundang kita untuk tertawa.
Sebagian orang bijak mengatakan hidup ini hanya sekedar permainan apapun itu kecuali ibadah yang harus kita sungguh-sungguhi. selebihnya tak mesti kita simpan di hati karena Dunia sesuatu yang fana… sehingga orang yang menyimpan dunia di hati tergolong orang yang merugi. Sebagian lagi menyebutkan bahwa mengejar dunia dengan segala pernak-perniknya seumpama minum air laut yang asin, kita tidak akan pernah puas dan akan selamanya dahaga. Karena dunia memang di ciptakan untuk membius, membuat kita terlena hingga lupa tujuan sebenarnya kita di hadirkan.
Kemilau dunia sungguh mempesona, hingga sukar bagi kita untuk memalingkan mata darinya meski peringatan demi peringatan tak henti-hentinya bergaung dari segala sudut.
Sekiranya bukan karena hidayah maka kita akan terus di lenakan dengan kesibukan mengejar dunia, mengumpulkan sesuatu yang sia-sia yang sama sekali akan menjadi sampah karena tidak satupun yang akan kita bawa jika waktunya tiba dan kita harus meninggalkan dunia ini sebagai seorang yang miskin papa.
Mustahil kita membawa mobil mewah, rumah mewah, tanah berhektar-hektar, perkebunan, peternakan, hotel dan bahkan mungkin koleksi perhiasan yang tak ternilai, yang karena kesibukan mengumpulkan benda-benda itu, kita sudah terlalu letih untuk mensyukuri dan bahkan terlalu capek untuk melaksanakan kewajiban kita. Hidup akhirnya tidak menyisakan apapun yang bisa kita bawa ke alam dimana kehidupan yang sesungguhnya di mulai.
Sahabat ……
Jika kehidupan ini akhirnya akan berakhir, maka selayaknya kita tersenyum…. tersenyum menghadapi apapun. Kemungkinan badai akan menerpa, kemungkinan kesenangan yang tak disangka-sangka, kemungkinan kehilangan dan tentu saja kemungkinan mendapatkan kebahagiaan. kesadaran itu akan membuat kita waspada, jika diberi kesenangan kita akan tersenyum, tidak tertawa berlebihan, jika diberi kesedihan sepatutnya kita juga tersenyum, tidak meratap yang berlebihan, kenapa tersenyum karena kita yakin itu akan bergulir pergi. Jika badai besar datang sepantasnya kita juga tersenyum, karena Allah menginginkan kita tetap berdiri kokoh dengan kepala tegak, bukankah sebesar apapun badai akan berlalu juga? tentu saja dengan balasan kebahagian yang sama besarnya. Karena hitung-hitungan Allah tidak pernah meleset. Sesuatu yang besar akan dibalas dengan yang setimpal.
Jika kemarin kita menemukan, mungkin hari ini saatnya dia pergi, hanya soal waktu… Sekali lagi hanya soal waktu. Karena tidak ada yang bisa kita peluk selamanya. Baik itu kebahagiaan begitupun luka.
So…… tetaplah fokus pada tujuan utama, dekap erat kebahagianmu, peluk dan nikmati semua lukamu karena semua akan bergulir pergi …. tetaplah berbuat baik, berkata baik dan bersikap baik, karena hanya itu yang bisa kita bawa kerumah baru kita….