Tak Ada Alasan Menjadi Pembenci

Banyak hal dalam hidup ini yang tak bisa kita bayar dengan uang, seberapa kayapun kita. Seberapa banyakpun isi pundi-pundi kita. Kebahagiaan, ketulusan dan kasih sayang serta persahabatan itulah antara lain yang tidak bisa kita nominalkan.

Seringkali kita meremehkan perhatian kecil dari seseorang yang mungkin menyapa hanya lewat sms, inboks atau WA. Bahkan kadang kala, kita juga tidak terlalu memperdulikan sapaan teman seperjalanan atau siapapun yang lewat selintas dalam kehidupan kita, padahal sesungguhnya siapapun yang dikirim Tuhan masuk kedalam kehidupan kita pasti memiliki andil dalam rentetan taqdir yang kita jalani, dengan kata lain mustahil mereka dikirim Allah Swt kepada kita dengan sia-sia.
Ada yang dikirim kepada kita untuk memudahkan urusan kita, melempangkan rezeki, bahkan bisa jadi menjadi perantara kita untuk mendapatkan jatah rezeki kita. Orang-orang seperti ini bisa siapa saja, orang yang kita kenal lama, temannya teman kita atau bahkan orang yang baru kita kenal karena seperjalanan, ketemu direstoran saat makan siang atau bahkan bisa jadi karena salah sambung telpon😊 Tuhan memang memiliki sejuta cara untuk mengirimkan rezeki kepada hambanya. Dan sudah seharusnya kita tak perlu menghawatirkan soal rezeki karena jika kita tidak tau kemana mencarinya maka pasti Allah akan mengirimkan orang untuk mengantarkan kepada kita. Dan sebagian nyaris tidak pernah kita duga cara dan orangnya. Ada lagi yang dikirim Tuhan untuk menguji kesabaran kita. Orang seperti ini nyaris tidak pernah melihat kebaikan kita sedikitpun. Ada saja yang salah dimatanya. Entah ucapan kita yang bikin dia spaning, atau juga sikap kita yang menurit dia gak ada yang bener. Orang seperti ini juga membut kita mendadak mual karena kegemarannya kepo in kita ke orang lain. Nyaris semua orang yg kita temui akan berkisah bagaimana orang tadi menebar cerita buruk tentang kita. Mungkin kita akan kesal setengah mati tapi be calm… kita gak bakalan mati kok hanya karena dia menyebarkan cerita buruk, karena kita sadari bahwa mahluk aneh itu dikirim Tuhan memang untuk menguji kesabaran kita. Nah apa artinya? Artinya kalau kesabaran kita habis dan melabrak dia atau melakukan hal yang sama dengan membalas tingkahnya maka targetnya tercapai, dan itu maknanya kita gagal. Sesungguhnya kita harus menghadapi orang seperti dengan senyum dan santai. Mengapa? karena apapun yang kita lakukan tidak akan mengubah pikirannya yang sudah terlalu penuh dengan sangka-sangka negatif, jadi berhentilah untuk meyakinkan dia, baik dengan ucapan maupun sikap karena akan semakin menambah rasa tidak sukanya hehehe… Saya ingat sebuah kalimat yang disampaikan syayidinah Ali bin Abi Thalib:” Tidak perlu menjelaskan siapa dirimu kepada orang lain, karena yang menyukaimu tidak butuh itu, sementara orang yang membencimu tidak akan mempercayaimu” so abaikan mereka yang membenci dan tidak menyukaimu, dengan kata lain janganlah kita membangun penjara dihati kita karena apa yang diucapkan orang lain, hingga mengungkung kita untuk melakukan hal-hal yang ingin kita lakukan sebagai manusia merdeka. Intinya sepanjang apa yang kita lakukan bisa dipertanggung jawabkan, tidak menyalahi norma-norma kebenaran, tidak ada orang yang disakiti dan di rugikan LIVE THAT SO MUST GO ON kata Jendral mac Arthur. Karena kalau benar apa yang mereka katakan tentangmu Alhamdulillah, jika tidak benarpun alhamdulillah karena itu artinya menambah pahalamu. Jadi apa untungnya balas membenci? Tak ada kecuali merusak hati dan mengurangi pahala. Jungkir balikpun mustahil kita bisa membuat manusia sedunia menyenangi kita. Karena memang Allah sudah mengirimkan macam-macam orang dalam kehidupan kita untuk menjadikan kita tunduk dan patuh akan kekuasaanNya. Agar kita mengerti bahwa ada hal yang tidak bisa kita atur semau kita. Bahwa ada kekuasaan mutlak yang tidak bisa kita tentang dan ada ketetapan yang harus kita terima sepahit apapun itu. Selain tipe manusia seperti diatas, ada lagi manusia yang dikirim Tuhan begitu manis, menumbuhkan rasa sayang dan cinta. Menawarkan bilah-bilah rindu jika tak bertemu. Bahkan diujung perkenalan kita, dikemudian hari Tuhan memasangkan kita dengannya sebagai sepasang suami istri. Kita sebutlah dia jodoh kita, belahan jiwa kita. Dan diapun merasa bahwa kitalah tulang rusuk yang dia cari dimuka bumi ini. Perjodohan ini ada yang langgeng hingga maut memisahkan, ada pula yang seumuran jagung. Tak ada yang mampu menjamin berapa lama perasaan cinta itu bertahan… karena seperti halnya umur dan maut, jodohpun adalah hak prerogatif Allah swt. Tak ada satu tanganpun yang mampu menahan jika Allah mau mempersatukan, sebaliknya selaksa manusiapun tak akan sanggup memisahkan jika Allah berkenan memutuskan sekaligus mencabut rasa cinta dan kasih sayang yang telah DIA berikan kepada pasangan tersebut sebelumnya. Untuk mereka yang kita cintai, teruslah diniatkan untuk merawat kasih sayang tersebut sepanjang hidup, berdoalah agar kiranya Allah swt terus memperpanjang usia cinta berdua hingga maut memisahkan. Dan sekaligus mempertemukan kembali dengan mereka di Jannahnya. Kalaupun kenyataan akhirnya tidak semanis yang diharapkan, dan akhirnya cinta kasih mesti kandas di tengah jalan, tidak pula berarti silaturahmi harus putus bukan? Dan tidak pula ada alasan untuk membenci mantan suami/istri. Satu hal yang harus kita ingat bahwa pernah ada satu saat kita saling menautkan hati, kita pernah berdiri didepannya sebagai imam atau sebagai istri, kita berdiri dibelakangnya sebagai makmun artinya kita amat sangat percaya padanya dan menyerahkan hati kita sepenuhnya kepada dia dalam ikatan sakral yang namanya ijab kabul, jika belakangan tak ada lagi rasa cinta kepadanya maka jangan pula kita biarkan kebencian dan dendam tumbuh diantaranya. Apalagi jika kemudian ada anak-anak yang hadir diatara kita dan dia? Hadirkanlah perasaan kasih sebagai sahabat atau minimal perasaan sayang sebagai sesama manusia. Begitulah Tuhan mengirimkan orang-orang kepada kita, yang akan membantu kita berproses, membantu kita bermetamorfose dari seekor ulat buruk rupa menjadi kupu-kupu indah, dari seorang manusia lugu menjadi manusia yang arif. Karena memang kita diciptakan sebagai sebaik-baik mahluk dimuka bumi. Mungkin kita bukanlah manusia sempurna dan paripurna tapi biarlah kita tetap memelihara kesan indah bagi semua orang yang mengenal kita karena rasa kasih kita. Biarlah mereka yang mengenal kita menyimpan kenangan baik tentang kita, bukan sebagai pembenci dan pendendam.

8 Replies to “Tak Ada Alasan Menjadi Pembenci”

Tinggalkan komentar