Sarapan pagi ini dengan menu yang cocok buat para vegetarian. Brokoli, daun mint, daun selada, biji almound. Saya memilih coco crans dan susu karena rasanya yang lebih familiar serta roti gandum dengan aneka slei. Dalam hati saya tertawa, sebulan disini berat badan saya bisa stabil karena cita rasanya yang kurang pas dengan lidah sulawesi saya
😂.
Selesai sarapan kami sudah siap dengan koper karena langsung check out. Diluar hotel udara dingin, suhu pagi ini 14 derajat celcius. Anginnya menusuk sampai ketulang dan mengharuskan saya kembali mengeluarkan baju hangat. Info sebelumnya yang mengatakan bahwa Turki sudah memasuki musim panas karena bunga tulip sudah tidak bisa kita temui bikin hati sedikit kecewa terbayang panasnya seperti di mekkah, ternyata sampai siang saya tidak bisa melepas baju hangat saya. Tujuan pertama kami pagi ini mengunjungi mesium Anatolian bagi masyarakat setempat disebut Anadolu. Saya bertanya2 jangan2 nama saya juga diambil dari sana
😂 Anayanthy hahaha…….
Karena kami naik bus, maka parkirnya lumayan jauh, jalan kaki kurang lebih 200 meter tapi yang membuat emak-emak ini kehabisan nafas karena museum ini terletak di puncak dan kami harus naik tangga yah… kalau di hitung2 mungkin sekitar 100 lebih anak tangga. Tapi semangat dan ingin tahu yang besar mengalahkan capeknya meniti anak tangga.
Museum of Anatolia Civilization memiliki dua area utama. Yang pertama adalah sebuah bangunan yang bernama ‘The Bedesten’. Dulunya, Bedesten adalah sebuah pasar lokal yang di rubah fungsinya menjadi sebuah museum oleh Mahmut Pasha. Mahmut Pasha sendiri adalah kerabat dekat dari Sultan Mehmet II yang lebih di kenal dengan sebutan “Mehmet the conqueror” sejumlah lebih dari 100 kedai pedagang dan salah satu barang yang pernah di jual di sana adalah “Alpaca”, sebuah busana khas warga kota Ankara.
Kini, di dalam bangunan yang memiliki kubah dan di topang oleh 4 pilar besar tersebut terdapat beberapa ruang pamer beragam jenis artefak. Area museum kedua bernama ‘Kursunlu Han’. Bangunan yang memiliki arsitektur khas Ottoman tersebut berada di sebelah timur Bedesten. Dulunya bangunan itu merupakan sebuah “Caravanserais” atau tempat persinggahan para pedagang yang melintas di jalur Sutera.
Mustafa Kemal Attaturk presiden pertama Turkilah kemudian yang merenovasi bangunan terlantar itu menjadi mesium dan dibuka pertama kalinya tahun 1943. Bahkan bapak saya saat itu, baru berusia 3 tahun
😊. Setelahnya mesium ini masih mengalami beberapa kali renovasi lagi
Di mesium ini kita bisa menyaksikan berbagai macam benda-benda bersejarah bahkan sejak zaman batu. Akan kita temui begitu banyak artefak dari zaman prasejarah. Yang kronologisnya tersusun dan terawat baik.
Diantaranya yang berasal dari era Neolithic (zaman batu), Bronze period (era perunggu), peradaban dagang Assyiria, peradaban Hittitie, peradaban Phrygian, era Urartian, Greek period (peradaban Yunani), era Hellenistic, peradaban Romawi, era kekuasaan Byzantine, hingga era kesultanan Ottoman.
Beberapa lukisan-lukisan menarik bahkan simbol2 para dewa, tembikar hingga perhiasan2 kuno yang terbuat dari emas. Simbolisasi dewa yang di beri nama cybele. Juga lukisan di tembikar yang membuat Fahri turis guide kami mengusir kami para perempuan dengan halus ” penjelasan berikutnya hanya untuk kaum lelaki” katanya setengah tertawa. Karena terdapat sebuah lukisan diatas tembikar yg kronologisnya merupakan simbol manusia zaman dulu melakukan hubungan sex hehehe….. ternyata artefak didinding tersebut bukan hanya berkisah tentang cara2 bagaimana manusia dahulu kala melumpuhkan binatang2 buas tapi juga bercerita tentang hubungan laki2 dan perempuan yang terlihat dari lukisan dan miniatur patung2 kecil yang banyak tersebar.
Disini juga kita akan menemukan Patung dewa Hermes salah satu dewa yunani yang meskipun ditemukan tanpa kepala tapi para arkeolog mengenali dari jubahnya yang tersampir di bahu kanan. Segitu yah…. saya ngantuk
😊
😊 akan saya sambung dengan cerita Mustafa Kemal Attaturk sang Presiden pertama Turki.