Perempuan berkerudung merah

PEREMPUAN BERKERUDUNG MERAH

Tanggerang saya dan rombongan kembali ke jakarta. Check in hotel dan masukin tas ke kamar terus keluar lagi. Hari ini saya niat menemani dua stafku keliling cari mukena dan pernak pernik keperluan lebaran, meskipun lebaran masih dua puluh hari lagi hahaha…setelah putar-putar dan betis rasanya mau pecah aku putuskan menunggu di lobby dan menunggu mereka saja.Mungkin mereka sungkan jalan dan belanja kalau aku ikut. Sambil menunggu mereka aku mengeluarkan selulerku dan mulai membalas semua pesan WA dan TG yg masuk.

Aku baru memasukkan HPku ke dompet ketika seseorang mencolek lenganku “Teteh, waktu teteh hamil pernah gak bengkak kakinya seperti itu?” Aku mendongak melihat wajahnya dan perempuan berkerudung besar warna merah yang kuperkirakan berusia 27 tahun, kulit agak gelap dengan bentuk hidung bangir dan bermata sendu, mataku turun dan memandangi kaki yang besar karena bengkak dan bersandal jepit. ” Mbak lagi hamil yah? Berapa bulan?” Kataku bersimpati. Dia mengangguk ” Iya sudah 7 bulan” katanya mengusap perut. “Oh.. tidak lama lagi lahir yah, itu namanya Edema perhifal, Edema itu disebabkan oleh kerusakan atau peningkatan tekanan pada pembuluh darah kapiler. Akibatnya, cairan merembes dari kapiler ke dalam jaringan organ di sekitarnya, sehingga terjadi bengkak di kaki mbak” si mbak nampak bingung menatapku dan aku tersadar ” begini mbak, bengkak seperti ini biasa terjadi saat kita hamil karena duduk atau berdiri terlalu lama, nanti kalau sampai dirumah mbak tidur kakinya dialas bantal dan letakkan lebih tinggi dari kepala. Nah kalau mbak masak kurangi pemakaian garam yah.”

Dia mengangguk dan tersenyum, waktu anak pertama aku tidak bengkak begini” mengusap kakinya menengok kearahku dan bilang” saya sudah empat hari tidur di masjid teteh” kali ini aku yang menatapnya heran “aku naik turun rumah orang nyari pekerjaan, tapi sudah empat hari gak dapat juga, disini gak ada yang mau terima kerja kalau aku bawa anak teh” aku menengok ke arah anak lelaki berusia 4 tahun yang gasak dan lari sana sini membawa kayu yg nyaris mengenai ibu2 yang duduk, aku mengerutkan kening, mungkin ini masalahnya kenapa dia ditolak bekerja karena harus membawa anak usia 4 tahun yang sesungguhnya masih perlu pengawasan ketat karena bisa melakukan aktivitas yang membahayakan dirinya bahkan orang lain. ” Teteh gak butuh orang untuk dipekerjakan Saya bisa masak, bersih2 rumah, cuci dan gosok ” katanya setengah memohon ” Rumah saya jauh di palu” kataku tersenyum berharap dia tidak kecewa dan merasa kutolak ” ehhh teteh dari palu saya pernah lama di morowali ikut bu sherly, bahkan ktp sementara saya dr morowali katanya membuka ransel dan mengeluarkan surat domisili yang memang dari morowali ” saya senang kerja disana Teh, saya juga boleh bawa anak, sayangnya karena hamil saya diminta pulang dulu keTasik teteh” Suaminya mana? “Tanyaku setengah menyelidik ” suamiku orang jawa Teteh, tapi dia gak ngurus, aku menyesal pulang kesini. Kalau teteh mau bawa saya, saya ikut aja, gak di gaji juga gak papa teteh, disini susah” katanya mengusap perutnya.

” Kemarin habis sholat ashar di masjid saya bertemu dengan orang padang, waktu saya tanya apakah dia butuh orang bekerja, dia bilang sudah banyak tapi kalau saya mau kasih bayi saya nanti untuk dia katanya dia akan memberi saya uang, orang itu mengaku gak punya anak teteh, tapi saya takut dosa Teh” matanya menerawang menatap kejalan. Dia berbalik kearahku dan kembali bertanya “iya kan teteh ? ” jujur saya tidak tau harus menjawab apa atas pertanyaan itu, tapi hati kecilku mengatakan bahwa dia sungguh2 dengan pertanyaannya ” Menurut saya, anak itu amanah mbak, dan semestinya kita harus banyak bersyukur karena di beri amanah besar ini, tidak sedikit perempuan diluar sana yang setiap malam berdoa sambil menangis meminta diberi anugerah seperti kita. Artinya Allah percaya, Allah memilih kita menjadi salah satu perempuan beruntung untuk menjaga dan memelihara amanahnya. Jangan pernah ragukan Allah bagaimana anak ini kelak, karena diapun telah dijamin Allah rezekinya. Mbak kenalpun orang yang meminta anak mbak, banyak hal yang harus mbak pastikan, apakah dia muslim? Apakah agamanya baik? Apakah suaminya setuju mengangkat anak? Apakah mereka berdua bersedia anak mbak tidak menggunakan nama mereka dibelakang nama anak mbak kelak? Itu baru satu sisi, belum lagi dari sisi mbak sendiri, apakah kuat berpisah dengan darah daging mbak? Apakah kemudian mbak kuat di dera rasa bersalah sepanjang hidup karena merasa menjual anak?, pertimbangkan juga posisi anak mbak nantinya… Kira2 itu hal yang harus mbak pikirkan” dia mengangguk-angguk dan memegang lenganku “Aih teteh, coba kalau teteh mau bawa saya, saya akan ikut gak digajipun gak apa2? ” aku tersenyum dan bilang “waduh maafkan saya, anak saya sudah besar2 dan tidak butuh penjaga lagi. Satu2nya alasan kalau saya mencari orang yah untuk mama saya tapi alhamdulillah ada sepupu saya yang bersedia menemani jika saya bekerja” dia diam dan menatap masgul kearah putranya yang lari2 dan nyaris menusukkan kayu mainannya ke pinggang ibu yang duduk didepan kami. ” iya yah teteh, saya pasti senang meskipun disuruh naik kapal Tilong kabila seperti dulu saya ke morowali, 6 hari lamanya” katanya berkisah dengan nada senang. “Astagfirullah saya belum sholat ashar” dia melirik ke arah jam ditanganku, aku menunjukkan padanya sambil bilang “jam 04. 00 waktu ashar sejak tadi” dia memanggil putranya “salim ibu nak, ibu ini dari palu” putranya mendekat kearahku menyalami dan mencium tanganku, duduk sambil merapat tak melepas tanganku dan tak henti2nya mencium tanganku sampai ibunya bilang” ayuk nak, kita belum sholat ashar” baru anak itu melepas tanganku dan berdiri Sumpah aku terharu, ketika mereka akan berlalu ” aku menyelipkan ala kadarnya ditangan si ibu” sekedar bekal pulang ke Tasik yah? ” dia menerima dengan mata berkaca-kaca dan bilang”Alhamdulillah Teteh, semoga berkah, semoga teteh diberi kelimpahan rezeki, allah maha tahu saya sudah putus asa kesana kemari cari kerja, bekal saya sudah habis bahkan untuk pulang ke Tasikpun sudah tidak punya, makasih yah Teteh” katanya sekali lagi meraih tanganku. Dan perempuan berjilbab merah itupun berlalu dari hadapanku. Kutatap kepergiannya sambil berkata dalam hati “Siapapun dirimu, Tuhan telah mempertemukan kita untuk mengajariku bahwa bersyukur itu bukan saja atas apa yang sudah kita miliki tapi juga untuk hal yang belum kita miliki”

One Reply to “Perempuan berkerudung merah”

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: