Puan……
Seka air matamu yang melembabkan pipi merahmu,
Entah, aku tak suka melihatmu bersedih
Sudah jangan pikirkan dia yang pergi
Meski mungkin dia pergi membawa
Serta seluruh hatimu…
Puan……
Tinggalkan secercah senyum di bibir tipismu
Engkau terlihat lebih anggun karenanya
Biarkan hiruk pikuk hatimu yang sibuk
Menganalis, mengapa orang yang tulus
Kau titipkan hatimu, tega menyakitimu
Bukankah sering kau mengucap
Mengikuti Titah Tuhan adalah
Caramu mencintai TuhanMU?
Puan….
Jika dia memutuskan untuk tetap pergi
Relakanlah, itu pasti seizin dan sekehendak
Tuhanmu, untuk menguji hatimu
Bahkan mungkin dia memang tidak layak bagimu
Jadi mengapa harus ditangisi?
Jika Tuhan sanggup mempertemukan engkau
Dengan dia, dan kemudian memisahkan kembali
Bukankah mudah baginya mempertemukanmu
Kembali dengan orang lain yang pasti jauh lebih baik?
Puan……
Aku lebih senang melihatmu tersenyum
Ceria sepanjang hari, tertawa bersama burung pagi
Merona bersama bunga yang mekar ditaman
Dan bergerak lincah seperti kupu-kupu
Puan…..
Tetaplah jadi dirimu yang perkasa
Penuh kasih dalam sikap
Penuh cinta dalam tatapan
Dan selalu bijak dalam ucapan
Karena itu saja sudah cukup membuat
Yang pergi merasa sakit telah melepasmu
Palu, 19022018