SUARA DALAM GUA

Screenshot_20170726-100054

Semilir angin subuh menusuk hingga ke tulang ketika pintu kamar kubuka. Entah, aku teringat kata-kata yang sering aku dengar kalau pagi teramat dingin maka siang nanti pasti cuaca panas menyengat. Mungkin juga ada benarnya, karena meskipun pagi dinginnya menusuk tulang sudah dua hari matahari bersinar dan membuat perih kulit. Mengingatkan masa kecil, jika matahari bersinar terik maka siang hari apalagi saat puasa, kami kakak beradik minta izin mandi. Mandi siang hari dikala puasa menjadi kenangan lucu yang nyaris tidak terlupakan. Karena seringkali dengan sengaja kami menyemprotkan air ke mulut🤣🤣 dan tiap kali habis mandi, papaku menempelkan kupingnya di perut kami, katanya untuk memeriksa jangan-jangan kami sengaja minum air hahaha…….. kenangan itu sejenak memenuhi pikiran dan rasa rindu pada papa membuat hati nyeri. Tahun pertama tanpa kehadiran beliau di tengah-tengah kami. Kutarik nafas dalam-dalam setidaknya mampu mengurangi rasa sesak yang tiba-tiba menyerbu. Aku harus mampu menerima semuanya dengan lapang karena tidak ada sesuatupun yang kita alami melainkan rencana yang sudah Allah skenariokan untuk menjadikan kita lebih baik. Apapun jika itu datangnya dari Allah pasti… sekali lagi pasti baik buat hambanya. Kita memang suka mengkotak-kotakkan segala ujian menjadi musibah, anugerah, ujian, kutukan bahkan laknat… hhhmmmmm….

Saat aku terjaga dini hari untuk sholat aku duduk diam di sajadahku. Aneka perasaan dan pikiran berkecamuk di benakku.. bagaimana seharusnya aku menyikapi hidupku? Aku sadar sepenuhnya bahwa usiaku tidak lagi bisa dihitung dengan jari… karena jari-jariku bahkan tak cukup lagi untuk menggenapkan jumlah hitungan usiaku, maknanya bahwa aku harus mensyukuri Allah telah memberi begitu banyak kesempatan padaku untuk melakukan hal-hal baik. Pertanyaannya, sudahkah aku melakukan hal baik sebanyak atau bahkan melebihi usia yang DIA berikan? Aku tidak yakin…. dan hampir pasti aku tidak berani menengok ke belakang untuk melihat jejak yang sudah kutoreh.
Aku ingat kata-kata papaku ” Kebaikan itu seperti gema di dalam gua, pantulannya akan lebih keras dari suara yang kamu keluarkan” maknanya… seberapapun kebaikan yang kita lakukan seperti itulah yang akan kita terima, dengan kata lain seberapa banyak orang yang membantingkan kita pintu tergantung seberapa keras kita menutup pintu itu sebelumnya🤔🤔 seberapa banyak yang memperlakukan kita dengan baik, tergantung seberapa banyak kebaikan yang kita tabur sebelumnya.

Seperti Air dan minyak, Allah akan mengumpulkan kita dengan komunitas yang sejenis… tak akan kita dapati air dan minyak berkumpul layaknya air dan kopi yang tidak bisa di pisahkan mana unsur-unsurnya setelah bersatu. Air dan minyak seberapa kuatpun kita mengaduk tetaplah akan terpisah… benarlah ungkapan yang mengatakan, jika kamu hendak melihat siapa sebenarnya dirimu, maka lihatlah dengan siapa engkau senang berkumpul atau jika kamu ingin mengetahui secara mendalam tentang seseorang, maka lihatlah siapa kawan-kawannya.
Melakukan hal baik sejatinya bukan untuk siapa-siapa… bukan untuk menyenangkan orang lain meskipun memang mereka juga bisa jadi menikmatinya, melakukan hal baik sesungguhnya kita lakukan untuk diri kita sendiri. Seperti suara dalam gua tadi, jika kita berbisik maka pantulannya juga sekedarnya saja, tapi jika kita berteriak maka pantulannya akan lebih dahsyat. Sebagaimana firman Allah swt dalam alQuran:

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS,16:97).

Subhanallah…. kiranya Allah berkenan memberikan kita kekuatan agar bisa terus berbuat kebaikan, bersikap baik, dan hanya menyampaikan hal-hal baik.
Adakah alasan yang bisa kita gunakan untuk mengelak padahal mamfaat berbuat baik demikian besar? Bukan untuk siapa-siapa tapi untuk diri kita sendiri kebaikan dunia wal akhira…
Aku menyudahi renunganku dengan keputusan bulat… jangan berhenti melakukan hal baik meskipun hanya membagi tulisan yang tak sepenuhnya berbobot seperti ini.
Wallauhu alam bi sawab…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: