Hari ini saya dikejutkan dengan sms meninggalnya putri tunggal senior saya, saya teringat beberapa tahun lalu saya juga dikejutkan dengan sms meninggalnya isteri beliau yang sangat tiba-tiba tanpa didahului sakit sebelumnya. Sepasang suami isteri yang baik, dianugerahi satu2nya putri setelah sekian lama menunggu dan isterinya hampir putus asa. Sungguh perjalanan hidup kita di dunia ini tak pernah bisa kita prediksi dan duga.
Setelah sholat subuh saya langsung ke rumah duka, sudah banyak pelayat yang rata-rata teman aktivis berkumpul disana. Saya ingat almarhumah memiliki wajah yang amat mirip dengan ibunya, bahkan pipinya yang chubby asli mewarisi semua garis wajah ibunya. Usianya 25 tahun, namanya Nasyiratun Nissa, yang oleh Ayahnya dimaknai “perempuan pembela” atau “pembela perempuan”. Diusia muda Allah memanggil sang pembela pulang. Bahkan dia belum bisa membela putrinya yang berusia 5 tahun dan putranya yang masih berumur 9 bulan. Dia menitipkan kedua putranya pada laki-laki muda yang mungkin hanya setahun atau dua tahun lebih tua darinya, sebagaimana dulu ayahnya menitipkannya pada laki-laki terhormat yang dinisbatkan sebagai suaminya ini. Seperti itulah kiranya kita di dunia. Terus menerus dititipkan dan dititipi. Tak ada yang benar-benar saling memiliki.
Air mata sang suami terus jatuh menitik menceritakan bagaimana isterinya bertahan untuk hidup tatkala dia ingatkan bahwa mereka memiliki 2 anak yang masih kecil-kecil dan pasti akan sangat kehilangan. Tapi skenario Allah tak mungkin digagalkan, Allah maha berkehendak, yang merahasiakan kepada kita apa-apa yang tidak kita ketahui. Nasyiratun Nissa harus kembali keharibaan Illahi sebagaimana janjinya tatkala Allah pertama kali meniupkan ruh padanya di rahim ibunya yang juga memohon dalam pinta yang berkepanjangan. Sayapun tak kuasa menahan tangis ketika tangan mungil membelai wajah dingin ibunya…. menciumi pipi ibunya yang kaku, dan putri kecil yang berusia 5 tahun itupun kehilangan malaikat tak bersayap yang pasti mencintainya dengan jiwa raga. Dia akan tumbuh sendirian menjalani takdirnya tanpa ibu, tapi Allah tak pernah aniaya kepada hambanya, dia akan mengirimi putri kecil ini hati-hati lain yang penuh cinta untuknya, mungkin tidak dalam bentuk cinta ibunya tapi bentuk lain yang akan mengajarinya betapa sang Maha pencinta memiliki seribu satu cara mengungkapkan rasa cinta kepada hambaNya. Bayi mungil berusia 9 bulan tergolek nyenyak di pembaringan, belum paham bahwa kini diapun ditinggalkan selamanya, wajah ibunya yang baru dia kenali akan lenyap selamanya dari penglihatannya. Mungkin nanti jika ayahnya mampu menceritakan bagaimana baiknya sang ibu, bagaimana cantiknya paras ibunya, dia bisa menghadirkan kembali ingatannya melalui foto, tapi mungkinkah sama rasanya dengan usapan sayang ibu dikepalanya ketika dia pulang kerumah? Aihhh…. sungguh ya Allah, pikiranku tak sanggup menjangkau rahasia apa yang KAU sembunyikan dari peristiwa yang terjadi pada keluarga ini. Tapi aku percaya se yakin-yakinnya bahwa jika Engkau mengambil sesuatu dari hambaMu maka itu hanya berarti Engkau telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik lagi untuk mereka.
Kuusap kaca mataku yang buram oleh air mata, berharap semua yang ditinggalkan dapat melihat dengan jelas bagaimana Allah mengajarkan makna kehilangan dan nanti menunjukkan pula makna mendapatkan dalam hidup ini. Memgambil ibrah dari peristiwa demi peristiwa untuk menjadikan diri ini lebih baik dan lebih bijak menjalani hidup.
ANSOV 310517
Note :Innalillahi Wa inna illahi rajiun
Menyampaikan duka yang amat dalam kepada kakandaku Ustadz Jamaluddin hadi atas berpulangnya putri tunggal beliau NASYIRATUN NISSA, kiranya Allah swt, menganugerahkan khusnul khatimah kepada almarhumah, mengampuni semua kesalahannya, meringankan hizabnya, melapangkan kuburnya dan memberikan kesabaran dan kekuatan kepada suaminya, serta cinta dan sayang yang tak berbatas untuk putra putri yang dia tinggalkan. Amin allahuma amin.