Cerpen:
Cinta adalah pesona jiwa… yang datang menyuburkan ladang-ladang hati, sementara cemburu adalah ilalang yang tumbuh diantara tanaman yang kau semai, jika kau biarkan maka cemburu akan memberangus semua cinta dan mencabutnya dari pokoknya hingga tidak kau dapati keindahannya selain air mata penyesalan.(Ansov.29.08.16)
Aku terpaku kehilangan kata, membaca balasan sapaanku pagi ini pada Dimas, seperti biasa begitu terbangun aku menyapa Dimas yang hari ini tengah melakukan perjalanan keluar kota, “Selamat pagi sayangku, sudah bangunkah?” secepat itu pula aku mendapat balasan “Ini lagi otw bandara?” aku mengetik lagi ” Alhamdulillah, bilangin sopir gak usah ngebut yah!” ” iya say!” jawabnya kembali kuterima. Aku melanjutkan pekerjaanku ketika lampu notifikasi pesan selulerku kembali menyala ” Asyiknya yang tengah berdua-dua” Aku terpaku kehilangan kata, aku bisa membayangkan bagaimana sakitnya perasaanmu tertusuk oleh sangka-sangka yang kau ciptakan dalam pikiranmu, sementara aku juga sakit karena realita yang terjadi tidaklah seperti yang kau tuduhkan. Tapi mustahil bagiku menghapus semuanya dari benakmu karena sedemikian kuat keyakinanmu, bahwa aku pasti tidak mampu menolak dan bahkan menolong diriku sendiri jika aku dihadapkan pada permintaan Lambang, orang yang kemudian telah membuat hatiku tawar, tapi aku bisa apa? Kecuali menelan semua kesakitan itu sendirian? Ini memang akan terus berlangsung dan tak akan pernah selesai, akan terus menjadi duri dalam daging hubungan kita, karena aku memang tak kunjung bisa mengambil keputusan dan karena kedua pilihan sama buruknya bagiku. Aku sulit meninggalkannya karena banyak hati yang harus kulindungi kerusakannya, sementara bertahan sama artinya aku tidak sanggup melindungi hatiku sendiri. Kembali selulerku berdengung ” Kamu lagi sama Dia Kan?” aku menggigit bibirku kuat-kuat, sakitnya tidak lebih sakit dari apa yang kurasakan di hatiku, siapa yang dikira Dimas berdua-dua denganku saat ini? Lambangkah? Dia sama sekali tidak berarti apa-apa lagi buatku, bagiku ceritanya telah selesai kalaupun harus ada ending ceritanya, maka untukku endingnya adalah kami harus berpisah, karena aku telah mengunci semua akses untuk Lambang kembali masuk ketempat dimana dia pernah aku letakkan sedemikian istimewanya. Sekian tahun aku menempatkan Lambang sebagai sosok satu-satunya yang menempati hatiku, yang akhirnya dengan kesadaran penuh aku ikhlaskan untuk memilih di hati mana dia ingin menetap dan tinggal, karena akhirnya aku juga menyadari kalau akses yang tadinya kubuka lebar-lebar kini telah terkunci rapat dengan sendirinya. Bukan tanpa sebab itu terjadi, tapi karena akhirnya aku tahu kalau Lambang yang sekarang bukan Lambangku yang dulu, dia telah memilih untuk pindah ke lain hati dan tidak mudah bagiku untuk menerima keputusannya, meskipun aku tahu bahwa ada yang memang tidak bisa kita genggam selamanya meskipun ingin. Hingga semakin hari aku mulai merasa bahwa kedekatan fisik diantara kami kemudian hanya menyisakan rasa seperti dua orang sahabat yang saling menjaga perasaan untuk tidak saling menyakiti, tidak saling mengganggu karna banyak hati disekeliling kami yang harus kami lindungi dan selamatkan. Dan bukan hal yang mudah memang bagi Dimas untuk menerima hal itu. Aku juga amat sangat memahami bagaimana perasaaannya, Dimas benar bahwa ini adalah titik kelemahanku, tidak bisa membuat keputusan tegas. Aku kembali merasakan sakit yang bertalu di dadaku, sungguh inginku aku sanggup mengatakan semua dengan tegas kepada Lambang, meskipun sesungguhnya keengganan kami untuk berbicara dari hati ke hati pun saat ini sudah lenyap, tidak ada lagi rasa yang bersisa diantara kami, selain pengetahuan bahwa kami memang pernah dekat sebelumnya.
kembali selulerku berdengung “Kamu lagi dengan Lambang kan sekarang, jawab yang jujur!” aku mengetik jawaban di selulerku ” iya mas, tapi sama sekali tidak seperti apa yang kau bayangkan” berharap sungguh dia mau memahami posisiku, ” oke gak papa” pesan Dimas kembali ke masuk, tapi sekali lagi intuisiku berbisik bahwa itu bukan jawaban jujur, karena lama setelahnya aku tidak menerima pesan apa-apa lagi darinya, dan itu penanda bahwa jawabanku belum membuatnya terbebas dari perasaan tidak enak yang mengganggunya…” Mas….” tulisku pada kolom komen di WA, berharap itu kemudian bisa mencairkan kebekuan hatinya “Iya..” jawabnya pendek “mas harus percaya padaku, aku tidak tau bagaimana harus menjelaskan lagi padamu tentang hal ini” tulisku pasrah.. mungkin dia tidak mengetahui karena aku tidak bisa mengirim tulisan dan perasaanku sekaligus melalui seluler tapi aku sungguh berharap bahwa dia mestinya tau kecemburuannya membuatku sakit. Menguras semua energy yang kukumpulkan seharian, pekerjaan tidak membuatku lelah karena aku menyukai dan amat mencintai pekerjaanku, tapi perasaanku tergerus karena hal yang tidak bisa kuselesaikan dengan cepat dan itu ternyata mengganggu hubunganku dengan Dimas, orang yang selama ini ikut ambil bagian dalam usahaku memulihkan rasa sakit yang pernah mendera dan melupakan kenangan buruk yang pernah terjadi antara aku dan Lambang.
Hingga siang aku tidak menerima pesan apapun, dan itu cukup mengganggu moodku, aku juga menahan diri untuk tidak mengirim pesan karena takut justeru akan semakin memperkeruh suasana. yah… Tuhan ternyata cemburu adalah rasa yang tak asyik, tak asyik untuk kita rasakan dan sama tak asyiknya dirasakan orang lain pada kita.