Kakak ……
Entah mengapa aku begitu rindu padamu, pada tulisan-tulisanmu, pada sapaan ramahmu, juga pada kelucuan2 yang seringkali kau lontarkan. Pada saat orang-orang melupakanku, pada saat aku sendiri dengan masalahku, aku teramat rindu justeru karenanya aku demikian gelisah, karena aku tahu aku tak akan pernah mendengar kabar darimu. Kita juga tak akan pernah bertemu meski pernah ada harapan dan keyakinan didiriku bahwa satu saat, entah kapan aku akan memandangmu sepuasnya, tidak hanya lewat canda2 yang kau lontarkan di email seperti yang kita lakukan selama ini.
Kakak……..
Saat langit tertutup awan dan matahari tak sanggup mengirim senyumnya untukku dan hanya sanggup mengirimiku airmatanya yang jatuh deras menimpa bumi …. aku juga teramat sering mengirimkanmu air mataku. Air mata kegalauan, air mata kegelisahan dan air mata kegundahanku ……..
Kau bilang, kau selalu siap menerima apapun yang aku kirim untukmu dengan lapang dada….. dan karenanya aku selalu mampu tersenyum diujung galauku, saat membaca pesanmu. Kau selalu mampu menghalau semua kabut yang susul menyusul melingkupiku, hanya dengan kalimat sederhanamu yang menyejukkan. Kau sanggup membuatku tergelak, padahal masih ada butir-butir airmata dipipiku, yang belum sempat kuseka, karena kesedihanku, dan justeru datang bersamaan dengan kalimat penghiburanmu. Kau begitu yakin, seolah-olah kita duduk berhadapan, dan kau melihat dengan nyata bagaimana lucunya wajahku, layu karena air mata sedih dan seketika mekar tergelak pada saat yang sama, hingga terkadang aku merasa jarak bagi kita hanya sebuah kata tak bermakna, karena kita begitu dekat sedekat jarak tangan kiri dan tangan kananku.
Kakak……..
Aku tak mengerti…. kenapa kemudian rasa rindu menggedor begitu kuat. Ingatanku kepadamu membuatku sesak. Aku merasa ada yang tercabut dari hatiku dan nyerinya membuatku sanggup menangis lama. Bayanganmu seolah terus bermain dalam pikiran, meski coba kuhalau dengan berbagai cara, hingga membuatku memutuskan, aku harus mengontakmu meski itu bukan yang kau inginkan.
Kakak……
Sekian lama kau sengaja menghilang, kau menghindariku dan kita sama-sama tau, itu adalah kebodohan yang nyata. Karena kita bersandiwara dengan lakon bodoh yang kita pilih sendiri. Ending yang bisa kita tebak dan berujung pada luka dihati yang sebenarnya kita juga tau penyebabnya. Tapi aku berusaha mengikutinya, karena kutau itu pilihan terakhirmu. Tapi hari ini, aku tidak peduli dengan perasaanmu, aku tidak peduli dengan niat baikmu. Dengan mudah aku merasa aku bisa menemukanmu dan menarikmu kembali kealam kita, seperti tahun-tahun yang kita sudah lewati bersama dengan cara kita, gaya kita.
Tapi……..
Tahukah kau fakta apa yang kutemui? Ternyata kali ini humormu sangat tidak lucu. Dan kenyataan yang disodorkan padaku adalah tema yang paling kuhawatirkan dari lakon yang sering kita diskusikan. Suara orang yang menerima telponku begitu pelan, tapi untukku seperti suara halilintar yang kusangka akan sanggup menghancurkan gendang telingaku.
Kakak……..
Aku mati rasa, aku kehabisan kata, hingga apapun yang ingin kukatakan tak sanggup lagi aku suarakan.
Demi Tuhan…. aku berharap itu kabar bohong… yang sengaja kau buat untuk membuatku terkejut, dan kemudian kau akan mengambil alih telpon dan menertawai kedunguanku seperti biasa. Menertawai adik perempuanmu yang menurutmu paling asyik diganggu hingga menangis. Tapi itu terjadi….. kau tidak pernah mengambil alih telpon, tidak akan menertawaiku, bahkan tidak akan pernah bicara sepatah katapun…… karena kau telah PULANG. Pulang ketempat darimana kita berasal, kau telah kembali kepada DIA yang menciptakanmu. Kakak lelakiku yang Bodoh, Tua, Miskin ( Istilah yang selalu kau pake untuk menyebut dirimu padaku)……. Aku kau tinggalkan sendirian dengan airmata yang benar-benar tak bisa kuhentikan, sekalipun bisa kubaca kembali kalimat-kalimatmu yang lucu.
Kurasakan dengan telak bagaimana aku kehilangan dirimu yang sesungguhnya. Aku masih setia dengan rasaku….. aku masih selalu seperti itu… dan seperti juga dirimu, aku bangga karena telah memiliki rasa itu buat kita.
Kakak…….
Aku memang kehabisan kata mengenangmu, tapi aku punya ribuan kata yang tak terucap untukmu….. aku memang kehilangan dirimu, dan itu membuat sedih, tapi aku memiliki sosok utuhmu dalam jiwaku, dan rasa sedihku karena aku tak bisa bercerita panjang lebar tentang galauku, tapi aku yakin kau selaku dekat dan memandangku dengan mata jernihmu, tidak jauh dariku …. dan itu kurasakan dengan perasaan yang nyaman.
Kakak……
Seperti katamu, ujung perjalanan kita didunia bukan akhir segalanya. Karenanya kita yakin, jika kita saling menyintai karena keinginan kita dicintai Sang Pemberi Hidup maka DIA juga akan mengumpulkan kita di kehidupan yang lain…….
Selamat jalan kakakku……
Semoga Allah menempatkanmu di tempat yang sebaik-baiknya karena kau kakak terbaikku…. kau sodaraku yang pengasih, kau juga sahabatku yang rendah hati.
Apa yang berasal dari Allah akan kembali kepadaNya……..
In memoriam: Di dedikasikan untuk Mas Toto “Sugiarto” kakakku, sahabatku yang akan selalu hidup dalam hati dan jiwaku.