Kau lihat senja yang memerah jingga?
sapuan kuas dengan warna abadi sang pencipta?
sungguh ku ingin menoreh dan menyapukan warna abadi
dalam rasaku untukmu, meski tak sesempurna yang kuinginkan
tapi rasaku tanpa syarat, mengalir saja seperti air
berhembus saja seperti angin…….
Kau pandang awan yang berarak?
mengikuti saja kemana angin meniupnya?
seperti halnya daun-daun di halamanku
meliuk, terus menari dengan penuh suka
tak peduli ada yang bertepuk dan bersorak untuknya
sungguh ku ingin kau tahu rasaku laksana awan
yang menurut apa kata angin, tanpa syarat
tanpa pamrih dan tanpa sesal.
Rasaku laksana pohon yang terus meliuk , terus menari
Tanpa kata, tanpa suara.
Jika rasaku berbilang,
biarkan dia hinggap di pucuk pohonmu
meski tak harus kau lihat wujudnya
Meski tak kau harapkan adanya, biarkan rasa ini bungkah,
menderu Laksana angin, meski tak kau inginkan semilirnya
Jika rasaku terbilang,
Biarkan ia mengalir di relung-relung hatimu
Meski kau ingin menutup rapat jalannya
Dan menyumbat alirannya
Tapi akan terus ada dan nyata di hati dan rasaku
jika mungkin dia hadir dalam bayanganmu
sudah cukup kau menyadarinya karena sungguh dia nyata disini
seperti angin pada awan, seperti juga angin pada daun.
Laksana darah dalam tubuh, dan hujan bagi bumi.