Hidup ini Sederhana

muslimat-air-mata1Hidup ini sebenarnya sederhana, karena kita hanya harus mengikuti ketentuanNya. Menerima semua dengan lapang (bahasa agamanya Ikhlas). Segala hal menjadi rumit, saat kita mengedepankan keinginan, kepentingan diri, karena itu artinya kita memaksakan orang lain untuk memahami keputusan, tindakan dan kemauan kita . Bahkan tidak jarang kita juga memaksakan kehendak kita kepada Allah, dengan meminta agar apa yang kita inginkan segera dikabulkan.
Jika dikatakan bahwa nafsu selalu mengajak kepada kemungkaran, sangat tidak bisa disangkal, karena keinginan-kemauan dan kepentingan yang kita ingin di mengerti oleh orang lain tersebut lebih banyak mengarah kepada kepuasan diri. Kita ingin dihormati oleh orang lain misalnya, segala usaha kita lakukan untuk itu, menunjukkan kelebihan kita, menjaga wibawa dan image kita, dan kalau kemudian berhasil kitapun puas dan merasa bahwa orang lain menghormati kita karena memang kita layak mendapatkan hasil dari segenap apa yang kita sudah lakukan.
Satu hal yang kita lupa disana adalah campur tangan Allah SWT ada dalam setiap gerak langkah kita, coba saja ingat bagaimana Allah melengkapi kita dengan talenta, yang kemudian menjadikan kita lebih dari orang lain, bukankah kelebihan itu yang ingin kita tunjukkan pada orang? Berikutnya menjaga wibawa dan image kita di hadapan publik, bukankah disana juga ada intervensi Allah? Karena Allah menutup rapi semua aib kita di mata orang lain, memelihara kebaikan kita dan menundukkan hati orang lain kepada kita karenanya. Lalu dimana letak usaha yang kita sombongkan sebagai jerih payah kita? Tidak ada sama sekali karena yang ada adalah semata-mata bukti “Kekuasaan” Allah dan bukti “kasih sayang”Nya pada kita.
Kalau kita memahami bahwa di setiap gerak langkah kita, desiran nafas kita ada, semua berlangsung karena campur tangan Allah, masihkah kita mampu untuk berlaku sombong? Pantas jika Allah mengatakan “ sombong itu pakaianku ” karena sombong tidak layak di lakukan atau di pakai oleh mahluk. Apa yang akan membuat kita sombong kalau tidak ada satu gerakpun yang bisa kita lakukan tanpa izinNya? Bahkan menarik nafas sekalipun? Apa yang akan kita sombongkan, jika tidak ada sesuatupun yang layak kita klaim sebagai milik kita? Bahkan udara yang kita hirup sekalipun? Semua hanya pemberianNya dan hanya salah satu hal kecil yang jika ditahan olehNya maka berakhirlah segenap kehidupan yang begitu kita agung-agungkan ini. Pemahaman ini akan mengajarkan kita tentang “rendah hati” dan mengahargai semua prilaku orang lain sebagai wujud perbuatan Tuhan dalam mengajari dan memberi pelajaran kepada kita tentang ‘KekuasaanNya” hingga tidak ada hal yang akan membuat kita “mencela” orang lain. Bagaimana mungkin kita sanggup mencela kalau kita juga bukan mahluk sempurna?
Hidup ini sederhana seperti yang kutulis di awal, sederhana karena kita tidak perlu mengurusi semua kebutuhan kita, seperti halnya saat kita masuk ke sebuah hotel mewah “All In” semua ada yang mengatur, kita tidak mesti mengcomplain karena seluruhnya “full service”. Allah telah menyiapkan segenap kebutuhan kita sejak kita membuka mata kita hingga kita menutup mata dan semuanya ‘Sempurna”. Jika ada kekurangan di mata kita bukan karena “pemberianNya” tidak sempurna tapi karena akal kita belum mampu mengurai maksudNya.
Hidup itu sederhana, sekali lagi “sederhana” jika kita memainkan peran kita sebaik-baiknya sesuai petunjuk dan arahan “Sang Pemberi Hidup”. Skenario bagaimana kita harus memainkan peran ini rambu-rambu dan aturan permainannya jelas,’ Aku tinggalkan 2 kitab, yang berbicara dan Diam, maka jika kamu berpegang kepadanya niscaya kamu tidak kan tersesat” (kira-kira seperi itu maknanya, redaksi tepatnya “maaf” aku lupa). Al Qur’an dan hadits serta alam dan segenap isinya sebagai petunjuk sempurnah bagaimana kita melakonkan peran kita dengan sebaik-baiknya. Tidak perlu gelisah karena lakon yang kita jalanipun hanya sementara. Jika hidup di dunia sekitar 60 sekian tahun, itu hanya Satu setengah jam kehidupan akhirat, singkat sekali bukan? Lalu apakah kita ingin menukar Satu setengah jam hidup kita di dunia dengan kehidupan abadi di akherat dengan kesombongan, keangkuhan dan kesia-siaan? Kukembalikan pertanyaan ini juga kepada diriku sendiri, adar selalu menyadari bahwa hidup itu sederhana jika aku memasrahkan satu setengah Jam ini kepada Allah sepenuhnya, tanpa komplain dan selalu bersyukur.
Wallauhu alam bisawab.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: