Mbak Yem penjual jamu gendong, langganan kami adalah salah satu “inspiring women” begitu anak-anakku menyebutnya. Setiap pagi minggu jika dia datang anak-anak menyambutnya dengan riang, menanyakan kabarnya, kabar anaknya, ibunya dan macam-macam pertanyaan yang intinya membuat mbak Yem bercerita dan bisa tertawa renyah seperti kebiasaannya.
Kami belajar tentang semangat dari mbak jamu langgananku ini , yang melihat hidup ini dari kacamata praktisnya “ hidup ini udah keras bu bagi kami orang kecil, kalau kami menambahnya dengan keluh kesah kan jadi semakin sulit, bagi saya yang penting bekerja keras, sangat yakin bahwa Tuhan itu gak buta, dan maha melihat kalau kita betul-betul bekerja!” katanya yakin, dan aku suka itu. Aku kagum dengan sikapnya. Awalnya anak-anak suka kesal kalau dengar dia terbahak, karena mbak suka tertawa lepas kalau ada hal2 yang menyenangkan hatinya, anak gadisku suka geleng2 kepala dan berbisik padaku, “bilangin Bun, aurat suara perempuan kok kayak keledai!” saat aku bilang padanya apa yang disampaikan anakkku, Si mbak bilang ” Chacha, itu tandanya mbak lagi bahagia, karena kehabisan duit, padahal anak mbak harus bayar sekolah, lha kalau mbak nangis terus kan gak jadi nyari duit, kalau mbak tertawa yah jadi semangat nyari duitnya, kan pelanggan lebih suka mbak tertawa dari pada cemberut!” kata mbak pada anakku,” Anak mbak sekolah dimana sih?” Chacha penasaran dan bertanya “ yang sulung di SMP , adiknya di SD , lha yang nyari duit kan hanya mbak, karena suami mbak udah meninggal 3 tahun lalu!” kami terperangah, nggak nyangka kalau mbak yang masih begitu muda harus menanggung semua biaya hidup sendirian tampa suami, sepanjang sore setelah kami mendengar cerita si mbak, chacha mengajakku berdiskusi tentang Si mbak, hingga dia tiba pada kesimpulan, Si mbak memang perempuan luar biasa, penuh semangat, tegar dan menularkan semangat dan menginspirasi dia, bahwa keluh kesah hanya akan membuat masalah semakin berat, akupun setuju dengan kesimpulannya hingga akhirnya kami juga memutuskan untuk membantu si Mbak membayari kebutuhan sekolah anaknya. Sejak saat itu, kalau si Mbak tertawa lepas, anak2 menatapnya dengan pandangan simpati. Sulungku malah bilang “kalau mbak tertawa begitu, kira-kira kesulitan apalagi yah Bun, yang dia hadapi?, ternyata kita gak bisa menilai orang dari apa yang kita lihat dengan kasat mata, jika orangnya secerdik mbak, maka dia mampu menyembunyikan kesedihannya dengan rapi, menutupinya dengan tawa, padahal hatinya merintih!” katanya dengan bahasa yang membuatku menatapnya kagum, dia balas menatapku dan tersenyum malu, “kenapa Bun?” “Apapun yang ditunjukan Allah kepada kita baik dari pengalaman hidup kita , pengalaman hidup orang lain bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup yang akan menjadikan kita semakin matang, kakak tahu tidak? Mbok Yem jadi langganan bunda, bukan karena kebetulan lho, tapi Tuhan mengirimkan dia secara khusus kepada keluarga kita untuk membukakan mata kita semua, bahwa kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari apa yang nampak oleh mata kita, mengajarkan bahwa hidup ini keras dan kita perlu menghadapinya dengan sungguh-sungguh”. “ dan satu lagi Bun, hadapi semua masalah seperti Mbak, dengan senyum, kerja keras dan tawakal!” “Yups, kau semakin pintar dan bunda bangga padamu!” kataku mengacak rambutnya, dalam hati aku bersyukur bahwa Tuhan mengirimkan Mbak Yem sebagai langganan jamuku…. darinya kami semua belajar banyak tentang hidup, belajar menerima segala problem kehidupan dengan senyum, semangat dan tawakal kepada Allah SWT setelah kita berupaya dengan maksimal.
Akhirnya kami paham bahwa semua orang yang kita temui dalam hidup kita, bukanlah orang yang dikirim secara acak dan kebetulan oleh Tuhan kepada kita, melainkan orang yang dikirim secara khusus karena Tuhan memiliki rencana indah buat kita dan mungkin juga baginya. Subhanallah.