Tak ada rumah tangga yang di lalui tanpa pertengkaran, seringkali pertengkaran dalam rumah tangga di ibaratkan seperti sayur tanpa garam, terang saja seperti itu, mengingat bahwa suami isteri berasal dari latar belakang yang berbeda, memiliki kepribadian yang berbeda, selera yang berbeda, suku dan adat istadat yang berbeda dan seribu satu perbedaan lain, yang akan panjang sekali daftarnya jika di urut satu demi satu. Seorang istri yang suaminya tak pernah marah sekali pun, seringkali membuat istri malah jadi penasaran, bagaimana rasanya dimarahi suami! Yang pasti, tipe suami atau pasangan yang tak pernah marah itu amat langka! Sama langkanya dengan suami yang kerjanya marah terus sepanjang hari tanpa sebab hehehehe……
Lazimnya dalam sebuah rumahtangga pertengkaran sering terjadi, bisa karena hal-hal sepele , masalah selera misalnya atau karena kecemburuan, ketidak kompakan menghadapi keluarga besar, bahkan juga karena ketidak sabaran menghadapi anak-anak yang rewel, dalam kondisi normal kerewelan anak-anak dapat di pahami dengan baik, namun dalam kondisi lelah, sepulang kantor di tambah lagi dengan banyaknya persoalan kantor yang harus segera diselesaikan kerewelan anak-anak sangat mudah memicu kemarahan suami dan menuduh isterinya tak becus mengurus anak, banyak lagi hal lain yang dapat memunculkan pertengkaran dalam rumah tangga yang jika tidak disikapi dengan baik justeru dapat membawa rumah tangga kita ke arah yang fatal seperti perceraian umpamanya.
Lalu apa yang dapat dilakukan oleh isteri jika suaminya marah-marah. Yang paling aman tentunya adalah bersabar, baru kemudian meminta maaf. Memang bukan hal yang mudah, jika harus menyampaikan kata “maaf”, apalagi jika kita merasa tidak sepenuhnya bersalah dalam hal itu, tapi sebaiknya itu kita lakukan apalagi sebagai seorang isteri yang ingin menyenangkan suami dan ingin mendapatkan ridho dari suaminya, bukankah ridho Allah adalah ridho suami?
Meminta maaf bagi isteri jauh lebih mudah dari pada suami, terutama karena laki-laki mempunyai ego yang lebih tinggi, tapi ketika dia marah hingga membentak isterinya, sejujurnya diapun ”meresa bersalah” apalagi jika kemudian si isteri yang tak tahan sampai mengucurkan air mata saking sedihnya, mungkin kita bingung bagaimana cara untuk mengurangi ketegangan yang terjadi kemudian.
Setelah bertengkar pasti akan muncul berbagai macam perasaan dalam diri kita, jengkel, marah, sedih, gemas, takut, cemburu dan sebagainya, karenanya kita perlu waktu dan ruang untuk mengendapkan semuanya, tidak perlu terburu-buru untuk menyelesaikannya saat itu juga, kita perlu berpikir kembali mengenai pokok masalah yang kita pertentangkan tadi, suami juga perlu di beri waktu untuk sama-sama mengendapkan semua persoalan, sambil menenangkan diri satu hal yang perlu kita ingat adalah kita tidak benar-benar mejauhi suami kita karena kesal dan marah, tetap saja layani semua kebutuhannya dan hindari menunjukkan roman muka yang jelek (mungkin agak susah, tapi sering mencoba akan terbiasa hehehehe…..).karena tidak seorangpun yang ingin di layani dengan wajah cemberut, pasti kitapun tak ingin bukan? Setelah semuanya tenang…. pikiran jernih akan melihat semua permasalahan dengan lebih baik, demikian pula halnya dengan suami, dia akan menyadari bahwa isterinya mungkin tidak sepenuhnya bersalah atau bahkan tidak bersalah sama sekali, atau kita sebagai isteri justeru melihat bahwa ini kesalahan kita sepenuhnya, mulailah menjalin kembali keakraban dengan tak segan-segan meminta maaf, meskipun sebaliknya kita mengetahui bahwa suamilah yang berbuat keliru, hal ini membuatnya semakin mencintai anda karena kekagumannya melihat kebesaran hati anda memulai meminta maaf untuk kesalahan yang dilakukan, apalagi jika kekeliruan itu berawal dari dirinya, istilahnya kita sama sekali tak dirugikan jika mendahului untuk meminta maaf, jika itu kesalahan kita, maka meminta maaf itu wajib hukumnya, namun jika itu bukan kesalahan kita, meminta maaf itu menunjukkan bahwa anda benar-benar berbesar hati dengan memulai meminta maaf dan membuat suami merasa semakin kagum pada kebesaran hati isterinya.
Sesungguhnya pada saat seperti inilah ketahanan dan kekuatan cinta kita di uji, apakah cinta kita pada pasangan itu benar-benar dalam ataukah sebegitu dangkalnya hingga gampang di obrak-abrik hanya dengan pertengkaran-pertengkaran kecil. Jika cinta kita besar, maka tak perlu khawatir memperlihatkannya, jangan biarkan kemarahan dan kekesalan terus berlanjut, bukalah hati dengan berbicara baik-baik padanya sambil lebih dulu meminta maaf karena telah membuatnya kesal dan marah.
Perlu Anda ketahui juga bahwa meminta maaf bukanlah suatu hal yang membuat harga diri kita jatuh. Bukan pula berarti kita ingin menunjukkan bahwa dalam pertengkaran itu hanya kita saja yang bersalah, bukan begitu. Justru, pasangan kita akan sadar dengan sendirinya bahwa dirinya pun telah berbuat salah, makanya terjadi pertengkaran. Meminta maaf bukanlah suatu aib, karena kita takkan dipandang sebagai seorang lemah dan tidak berkepribadian di mata suami, akan tetapi sebaliknya. Pasangan kita juga akan terharu melihat keikhlasan kita meminta maaf, dan akan berbangga hati karena mempunyai Anda yang dewasa dan berjiwa besar. Tentu saja hal itu akan selalu diingat sebagai satu perilaku yang patut ditirunya. Permintahan maaf kita, akan membuka mata hatinya betapa besarnya cinta kita padanya, dan Insya Allah hal ini akan membuatnya tak ingin berpaling apalagi pindah ke lain hati,hehehehe …… ternyata minta maaf indah kan?? Ayo kita coba untuk ikhlas meminta maaf!!!!