Saat ku buka mataku di tengah malam, terbangun karena kecupan hangat di dahiku, kulihat dia tersenyum di samping tempat tidur, seperti biasanya aku tak terkejut, karena itu hal yang sudah sering terjadi, jika ingin membangunkanku sholat malam, tapi malam ini berbeda, Dia menggunakan baju koko putihnya yang baru kubelikan kemarin, sarung putih kotak-kotak kesayangannya, tidak biasanya lampu kamar terang benderang dan yang aneh karena Laptopku menyala, seingatku sebelum tidur aku telah mematikannya, dan suamiku nyaris tak pernah menyentuhnya.Aku menggeliat dan bergumam “ Jam berapa sekarang?” dia tak menjawab tapi mengulurkan tangannya, membantuku bangkit dari tempat tidur, memegang kedua bahuku dan mendudukkan aku di kursi menghadap laptop. Aku yang bingung menatapnya penuh tanya “ Bacalah…….. kau tahu hari apa hari ini? Hari ini tahun ke delapan belas perkawinan kita, aku sengaja mencari sesuatu yang layak kuhadiahkan untukmu hari ini, kau senang bermain kata-kata, dan aku bukan seorang yang pandai merangkai kalimat, aku tahu bahwa kau lebih memilih kata-kata indah dan itu akan lebih mudah kau serap ketimbang kata-kata biasa seperti yang sering kulontarkan !” katanya dengan senyum menggoda, aku memang sering mengatakan padanya “ punya gak kata-kata yang lebih indah? Aku pasti akan lebih mudah menyerapnya!” jka dia menjelaskan sesuatu dengan sangat-sangat serius seperti kebiasaannya. Suamiku memang tipe laki-laki serius dan sedikit bicara. Aku kembali menatap laptop dengan rasa penasaran yang amat sangat, Tulisan apakah yang begitu indah menurut suamiku hingga perlu membangunkan aku di tengah malam seperti ini? Yang menurutnya layak dijadikan hadiah ulang tahun perkawinan kami yang ke delapan belas? Mataku jatuh pada tulisan di lap top dan tampa suara kubaca hati-hati.
Cinta adalah memberi, dengan segala daya dan keterbatasannya seorang pecinta akan memberikan apapun yang sekiranya bakal membuat yang dicintainya senang. Bukan balasan cinta yang diharapkan bagi seorang pecinta sejati, meski itu menjadi sesuatu yang melegakannya. Bagi pecinta sejati, senyum dan kebahagiaan yang dicintainya itulah yang menjadi tujuannya.
Cinta adalah menceriakan, seperti bunga-bunga indah di taman yang membawa kenyamanan bagi yang memandangnya. Seperti rerumputan hijau di padang luas yang kehadirannya bagai kesegaran yang menghampar. Seperti taburan pasir di pantai yang menghantarkan kehangatan seiring tiupan angin yang menawarkan kesejukkan. Dan seperti keelokan seluruh alam yang menghadirkan kekaguman terhadapnya.
Cinta adalah berkorban, bagai lilin yang setia menerangi dengan setitik nyalanya meski tubuhnya habis terbakar, hingga titik terakhirnya, ia pun masih berusaha menerangi manusia dari kegelapan. Bagai sang Mentari, meski terkadang dikeluhkan karena sengatannya, namun senantiasa mengunjungi alam dan segenap makhluk dengan sinarannya. Seperti Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya demi menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sakuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibunya sendiri. Atau Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar di dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta. Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan.
Tentang Cinta itu sendiri, Rasulullah dalam sabdanya menegaskan bahwa tidak beriman seseorang sebelum Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya. Al Ghazali berkata: “Cinta adalah inti keberagamaan. Ia adalah awal dan juga akhir dari perjalanan kita. Kalaupun ada maqam yang harus dilewati seorang sufi sebelum cinta, maqam itu hanyalah pengantar ke arah cinta dan bila ada maqam-maqam sesudah cinta, maqam itu hanyalah akibat dari cinta saja.”
Cinta dalam Islam adalah kaidah dan sistem yang mempunyai batas. Ia adalah penunjuk ke arah mendidik jiwa, membersihkan akhlaq serta mencegah atau melindungi diri dari pada dosa-dosa. Cinta dapat membimbing jiwa agar bersinar cemerlang, penuh dengan perasaan cinta dan dicintai.
Sayangnya dalam kondisi saat ini, cinta yang lahir cenderung penuh hawa nafsu dan menyimpang daripada tujuan murni yang sebenarnya. Setiap saat, setiap hari kita dibuai dengan lagu cinta, dibuat terlena dengan tontonan kisah cinta yang menghanyutkan kita ke dunia khayal yang merugikan. Kini bahkan banyak yang menyalahartikan makna cinta sebenarnya, sehingga terdorong melewati batas pergaulan dan tatasusila seorang mukmin.
Disatu sisi Allah Sang Pencinta sejati menegaskan, jika manusia-manusia tak lagi menginginkan cinta-Nya, kelak akan didatangkan-Nya suatu kaum yang Dia mencintainya dan mereka mencintai-Nya (QS. Al Maidah:54). Maka, berangkat dari rasa saling mencintai yang demikian itu, bandingkanlah cinta yang sudah kita berikan kepada Allah dengan cinta Dia kepada kita dan semua makhluk-Nya.
Wujud cinta-Nya hingga saat ini senantiasa tercurah kepada kita, Dia melayani seluruh keperluan kita seakan-akan Dia tidak mempunyai hamba selain kita, seakan-akan tidak ada lagi hamba yang diurus kecuali kita. Tuhan melayani kita seakan-akan kitalah satu-satunya hamba-Nya. Sementara kita menyembah-Nya seakan-akan ada tuhan selain Dia.
Apakah balasan yang kita berikan sebagai imbalan dari Cinta yang Dia berikan? Kita membantah Allah seakan-akan ada Tuhan lain yang kepada-Nya kita bisa melarikan diri. Sehingga kalau kita “dipecat” menjadi makhluk-Nya, kita bisa pindah kepada Tuhan yang lain.
Tahukah kau?, jika saja Dia memperhitungkan cinta-Nya dengan cinta yang kita berikan untuk kemudian menjadi pertimbangan bagi-Nya akan siapa-siapa yang tetap bersama-Nya di surga kelak, tentu semua kita akan masuk neraka. Jika Dia membalas kita dengan balasan yang setimpal, celakalah kita. Bila Allah membalas amal kita dengan keadilan-Nya, kita semua akan celaka. Jadi, sekali lagi bandingkan cinta kita dengan cinta-Nya. Wallahu a’lam bishshowaab.
Aku mengakhiri bacaan tersebut dengan hati yang haru biru, kutoleh suamiku yang masih berdiri di sampingku, matanya berkaca-kaca “ Kita sudah tidak muda lagi, jika cinta yang kita miliki sedemikian besar, maka seharusnya cinta kita kepada Tuhan lebih besar lagi! Jika kau menemaniku 24 jam, aku akan sangat bahagia jika waktumu kini kau habiskan untukNya, karena akupun akan berusaha sekuatku untuk selalu berada di dekatNya. Bukankan selama ini waktu kita hanya sedikit untukNya? Dia telah memberiku rasa yang amat kuat untukmu dan anak-anak, maka akupun selalu meminta agar rasa kita kepadaNya lebih kuat dari itu semua. Maafkan, karena di tahun kedelapan belas ulang tahun perkawinan kita, aku tidak lagi menghadiahkanmu dengan semua omong kosong dunia, tapi aku ingin, mulai malam ini kita menapak jalan menuju Dia, dengan saling berpegangan tangan, saling menopang karena kau kasihku dunia akhirat, kau tanggung jawabku dan aku ingin kau terus bahagia disampingku bukan hanya saat ini, tapi juga kelak saat aku harus mempertanggung jawabkanmu di hadapanNya.” Katanya tegas dan bersungguh-sungguh. Aku tak sanggup berkata apapun karena semuanya nyaris seperti mimpiku selama ini……aku tidak hanya menginginkan lelaki pelindung di dunia, tapi yang sanggup mengantarkan aku ke gerbang Ridho Illahi, menggenggam tanganku menuju kasih sayangNya yang luas dan menjagaku agar terhindar dari siksaNya yang teramat pedih. Aku juga tidak lagi ngotot menginginkan permata, karena kemudian aku merasakan kehampaan dan kekosongan dengan nikmat sesaat yang ditawarkannya, aku butuh cintaNya, aku merindukan sesuatu yang abadi sifatnya, meskipun aku sendiri sulit menggambarkannya dengan kata-kata indah seperti yang selalu kulontarkan pada suamiku. Suamiku benar, jika Dia memberikan rasa yang begitu kuat diantara kami, yang hanya bagian kecil dari cintaNya yang agung, bagaimana mungkin kita memalingkan wajah dari sumber cinta itu sendiri?Aiihhhh…… aku benar-benar bahagia malam ini. Di ulang tahun perkawinanku yang ke delapan belas, Tuhan memberi kami hidayah, bahwa CintaNya adalah sesuatu yang agung dan abadi dan hingga untuk mendapatkannya kita harus selalu mendekat padanya dengan kesungguhan hati.
Aku memeluk suamiku erat, kemudian berlalu untuk berwudhu, karena setelahnya dia telah duduk di sajadahnya, menungguku untuk melaksanakan sholat lail bersama.
Note:
Thanks for my great lover untuk semua bunga2 hidup yang di persembahhkannya!
Thanks to Bayu Gautama untuk artikelnya yang ikut menginspirasi)
i like it……..
SukaSuka