Karena mereka bukan milik kita


Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan/fitnah (bagimu). Di sisi Allahlah pahala yang besar.” [At-Taghaabun: 14-15]
Adakah kebahagian yang kita rasakan melebihi saat melihat putra-putri kita tumbuh sehat, gembira dan bahagia? Setiap tahap yang mereka lalui dalam kehidupan mereka sungguh merupakan pengalaman yang sulit untuk kita untai menjadi cerita, “unspekeable” itulah mungkin istilah yang pas untuk itu, karena gabungan aneka perasaan yang menyertainya, rasa bahagia, rasa cemas, was-was, bangga.
Duh…… bunda, seperti inikah rasanya kecemasan yang kutabur saat aku telat pulang kerumah karena asik ngobrol dengan teman? Seperti inikah rasa banggamu saat aku dinyatakan juara pada lomba menghafal Jus Amma? Ketika kupersembahkan mempersembahkan piala besar pada lomba puisi, saat namaku di sebut sebagai peraih rangking satu di kelas? Seperti ini jugakah perasaan cemasmu, ketika dokter memvonis aku menderita penyakit liver?aih…….Sungguh aneka perasaan itu pula yang kurasakan ketika semua anakku beranjak remaja, baru kini kutahu apa arti kasih bunda sepanjang jalan, baru kini kumengerti seperti apa sakitnya cemas dan was-was jika mereka sakit, dan baru kini kupahami seperti apa rasanya bangga, saat mereka menganugerahkan berbagai prestasi. Subhanallah…….
a1cc0007078e6b1cbe2bcedih8[1]
Saat ini, aku mulai di serbu cemburu, karena 2 sulungku mulai sulit kuajak bersama, agenda acaranya selalu penuh, hingga jarang aku bisa mengelus mereka lagi, nyaris tidak pernah lagi mereka tidur di pangkuanku, bahkan tinggal sesekali mereka minta aku menyuapi mereka seperti dulu, saat mereka begitu tergantung padaku, hingga waktu 24 jam tidak pernah cukup untuk mengurusi mereka? saat itu aku ingin mereka cepat jadi dewasa hingga aku tidak lagi harus menyuapi mereka, memandikan, mendongeng saat mereka ingin tidur atau bahkan bangun di tengah malam hanya untuk memeriksa apakah pakaian mereka basah karena keringat.
Namun saat mereka sudah tidak ingin lagi aku dongengkan, saat mereka sudah tidak butuh disuapi, atau saat mereka mandi dan mengunci pintu kamar mandi aku merasa aku sudah tidak di butuhkan , apalagi ketika kutengok wall paper hpnya pun tidak lagi fotoku, tapi sudah diganti dengan foto actor kesayangannya bahkan foto teman wanitanya mulai menghiasi gambar-bambar di lap topnya.
Malam-malamnya bukan lagi menjadi bagianku, bagianku hanya tinggal menunggu dengan cemas kapan mereka pulang, membukakan pintu, menunggui mereka makan dengan lahap sepulang sekolah, dan menyaksikan mereka sibuk menyiapkan acara malam mingguan. Sesekali mereka masih berbaring di dekatku, atau bahkan menyurukkan kepalanya di dadaku dan membuatku bahagia, aku rindu saat saat seperti itu, mendengarkan cerita malam minggu menjadi hiburan untukku, meskipun rasa cemas masih terus menggelayuti benakku, dan akhirnya aku pasrah sambil berdoa, semoga Tuhan selalu menyertai setiap langkah mereka.
Jika perasaan cemas sangat kuat menggenggamku, hingga tangis tak mampu kutahan, ku mohon dengan segenap pinta agar kiranya Tuhan membimbing anak-anaku menjadi anak sholeh, cahaya mata bagi kehidupan, amanah besar yang dititipkan Tuhan kepada kami, sungguh…… segenap hati aku memohon kiranya kami di beri kesanggupan untuk mengantar mereka menjadi sebaik-baik manusia, yang pandai bersyukur untuk semua nikmatNya, yang selalu tunduk dan sujud kepadaNya.
Malam ini tatkala ku buka pintu kamar, kusaksikan lelapnya tidur mereka, aku disadarkan bahwa aku tidak bisa memiliki mereka sepenuhnya, mereka adalah milik TuhanNya, yang harus aku rawat dan jaga, aku lindungi dengan segenap jiwa, aku limpahi dengan sepenuh sayang, hingga mereka mampu menatap dunia dengan sumringah dan mampu menapaki jalan Taqdirnya. Aku bisa meraba dan mengelus mereka dengan segenap cinta, tapi aku tidak akan bisa menaklukan pikiran dan jiwanya, karena pikiran dan jiwa mereka memiliki alam sendiri yang tak akan mampu ku kunjungi sekalipun dalam impian. Kita bukanlah the real owner dari anak-anak yang kita miliki. Kita hanya ditugasi Allah ‘Azza wa Jalla, Pemilik Sesungguhnya Seluruh Anak-Anak Manusia, cuma sebagai fasilitator yang harus bisa mengantarkan anak-anak kita kembali kepada Pemiliknya dalam keadaan orisinal (asli) sebagaimana dulu dia dilahirkan. Dalam bahasa imannya, anak itu lahir dalam keadaan fitrah (suci), karena itu ia harus kita kembalikan pada Pemiliknya juga dalam kondisi fitrah.

6 Replies to “Karena mereka bukan milik kita”

  1. bunda….really admire you much,just say that if all woman have the same perception with you…there is not tears from the children…if I have life after this ,I want you as my mom…
    at least let me imitate you,and I will make this case as a lesson to follow this life,and to face my future.. once more I say,I admire you much

    Suka

    1. Thank you for your comment, saya tidak sebaik yang kau pikir.Tapi jika ini jadi pelajaran, izinkan sekali lagi aq bilang terima kasih pada Tuhan!

      Suka

  2. saya sadari apa yang ibu tulis itu betul, kita hanya menjaga dan merawat mereka sebaik mungkin, memberikan perlindungan tetapi kita tidak dapat menguasai. tetapi masalah yang saya hadapi, bagaimana cara agar anak-anak itu tidak memusuhi,jika kita menginginkan mereka terbaik dari segala hal terutama shalat 5 waktu. trim’s

    Suka

    1. Maaf,kadang2 kita orang tua selalu beranggapan bahwa anak tidak tahu apa-apa,padahal mereka adalah peniru dan penilai yang hebat, jika kita menginginkan mereka melakukan hal baik, contohkanlah hal itu, sampaikan dengan cara tidak menggurui, seringlah bicara dari hati ke hati,dan menganggap mereka sebagai kawan,sebagai sahabat yg patut kita dengar apa pendapat dan keinginannya. Selamat mencoba ya Say!Semoga Anaknya jadi anak sholeh

      Suka

  3. yah, begitulah perasaan seorang bunda terhadap Anak-anaknya seperti yang saya rasakan sekarang mempunyai 5 org Anak2ku yng mulai tumbuh menjadi remaja dengan beragam watak.kdg saya berfikir seraya menitikkan air mata Ya Allah mampukah kami orang tuanya mendidik Anak2titipan Allah menjadi manusia yang berguna bagi agama bangsa dan negara, menjadi Anak sholeh yang pandai bersyukur untuk semua nikmatNya dan selalu tunduk dan sujud kepadaNya…itulah yg selalu kumohon dalam setiap doaku …Trims

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: